STAFF BULETIN AL-MANSHUROH - AMBON

Diterbitkan oleh: Yayasan Abu Bakr Ash-Shiddiq, BTN Kebun Cengkeh Blok.B14 No.20, Batu Merah - Ambon. Penasehat: Ust. Abdul Wahab Lumaela, Ust. Abdussalam, Ust. Abu Bakr, Ust. Saifullah, Ust. Shadiqun, Ust. Ismail. Pemimpin Usaha: Didi Dzulkifli, ST. Tim Khusus: Ir. Tris. M, Pemimpin Redaksi: Ibnu Shalih. Redaktur Pelaksana: Adam.Y. Sirkulasi: Yudi.A.H, Abu Khalid, Muadz. Sekretaris Umum: Isra Budi. Bendahara: Andi Ibrohim. Wakil Bendahara: Abu Azzam. Alamat Redaksi: Masjid Abu Bakr Ash-Shiddiq, Kampung Muhajirin (Belakang Perum DPRD). Rekomendasi Kanwil Dep. Agama Nomor: Kw.25.4/4/BA.00/635/2009


Senin, 27 Desember 2010

11 _ INDAHNYA SURGA _ Ust Abu Bakr -hafizhahullah-

Iman kepada jannah (surga)
Iman kepada surga merupakan bentuk keimanan terhadap hari akhir, yang mana iman kepada hari akhir merupakan salah satu dari rukun iman yang enam yang tidaklah sah dan benar keimanan seseorang kecuali dengan beriman kepada seluruh perkara iman yang enam ini. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah r dalam hadits Jibril yang masyhur ketika beliau r ditanya oleh Jibril u tentang apa itu iman, beliau menjawab:
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَ مَلاَئِكَتِهِ وَ كُتُبِهِ وَ رُسُلِهِ وَ الْيَوْمِ اْلآخِرِ وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشرِّهِ
“Engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhir, dan engkau beriman kepada taqdir Allah yang baik dan yang buruk” (HR. Muslim)

Berkata Al-Hafizh Ibnu Rajab –rahimahullah-: “Iman kepada para rasul mengharuskan beriman kepada semua apa yang diberitakan oleh para rasul dari (perkara) malaikat, para nabi, kitab, hari kebangkitan, taqdir dan yang lainnya dari perincian apa-apa yang mereka kabarkan dari sifat-sifat Allah dan sifat-sifat hari akhir seperti mizan (timbangan amal), shirath, surga dan neraka”. [Jami’ul ‘Ulum Wal Hikam (1/102-103)]
Dari penjelasan ahli ilmu ini kita mengetahui bahwa betapa pentingnya keimanan kepada hari akhir, apa-apa yang terjadi pada hari tersebut berupa kebangkitan manusia dari alam kubur, perhitungan amal, surga, neraka dan yang lainnya. Dan termasuk keutamaan beriman kepada surga Allah disebutkan dalam hadits dari Ubadah bin Shamit t bahwa Rasulullah r bersabda:
مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، وَ أَنَّ عِيْسَى عَبْدُ اللهِ وَ رَسُوْلُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَ رُوْحٌ مِنْهُ، وَ الْجَنَّةَ حَقٌّ، وَ النَّارَ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ
"Barangsiapa bersaksi bahwasannya tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bersaksi bahwasannya nabi Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, bersaksi bahwasannya nabi Isa adalah hamba Allah dan rasul-Nya dan kalimat-Nya yang Allah tempatkan  kepada Maryam dan ruh ciptaan-Nya, bersaksi adanya jannah (surga) itu benar, dan adanya neraka itu benar, maka Allah akan memasukkannya ke dalam jannah menurut apa yang telah dia perbuat dari amalan". (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Keindahan dan sifat-sifat surga
Perlu kita ketahui bersama wahai para pembaca yang semoga Allah merahmati kita semua, bahwa keindahan dan kenikmatan di surga itu tidaklah pernah terbayangkan oleh kita semua, sebagaimana Rasulullah r menyatakan dalam hadits Sahl bin Sa’d As-Sa’idi t bahwa beliau r bersabda:
فِيْهَا مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَ لاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ وَ لاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ
“Dalam surga itu terdapat apa-apa yang belum pernah dilihat oleh mata, dan juga belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah terlintas oleh hati (benak pikiran) manusia”, kemudian Rasulullah r membaca ayat ini (As-Sajdah: 16-17):
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ * فَلا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan daripada rezki yang Kami berikan. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka atas apa yang mereka kerjakan”. (HR. Muslim)
Dalam tulisan sederhana ini kami akan paparkan beberapa keindahan-keindahan tersebut, semoga dengan itu dapat meningkatkan keimanan kita kepada Allah Y.
Derajat  di surga
Dari Abu Hurairah t berkata: bersabda Rasulullah r :
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللهُ لِلْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِهِ بَيْنَ كُلِّ دَرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللهَ فَاسْأَلُوْهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ وَسطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمنِ وَمِنْهُ تُفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ
“Sesungguhnya di surga ada seratus derajat yang disediakan oleh Allah untuk orang-orang yang berjihad di jalan-Nya, jarak antara setiap dua derajat itu bagaikan jarak antara langit dan bumi. Apabila engkau meminta kepada Allah maka mintalah surga Firdaus karena itu adalah pertengahan dan surga tertinggi yang diatasnya adalah ‘Arsy Allah dan dari ‘Arsy tersebut mengalir sungai-sungai surga” . (HR. Bukhari)
Pohon di surga
Dari Abu Sa’id Al-Khudri t dari Rasulullah r bersabda:
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَشَجَرَةً يَسِيْرُ الرَّاكِبُ الْجَوَّادَ الْمُضْمِرَ السَّرِيْعَ فِي ظِلِّهَا مِائَةَ عَامٍ لاَ يَقْطَعُهَا
“Sesungguhnya di surga benar-benar terdapat sebuah pohon yang apabila seorang pengendara kuda yang cepat dan memacu dengan sekencang-kencangnya dibawah pohon tersebut selama seratus tahun belum juga melampaui pohon tersebut”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Sifat Hurul ‘In (bidadari) di surga
Dari Anas bin Malik t berkata: bersabda Rasulullah r :
لَغَدْوَةٌ فِي سَبِيْلِ اللهِ أوَ ْرَوْحَةٌ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَ مَا فِيْهَا وَ لَقَابُ قَوْسِ أحَدِكُمْ أَوْ مَوْضِعُ قيدِهِ يَعْنِي سَوْطه مِنَ الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَ مَا فِيْهَا وَ لَوِ اطَّلَعَتِ امْرَأَةٌ مِنْ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ إِلَى اْلأَرْضِ لَمَلأَتْ مَا بَيْنَهُمَا رِيْحًا وَ َلأَضَاءَتْ مَا بَيْنَهُمَا وَ لَنَصِيْفُهَا عَلَى رَأْسِهَا خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَ مَا فِيْهَا
“Berangkat pagi atau sore hari dalam berjihad di jalan Allah lebih baik dari dunia dan seisinya, sekedar busur atau tempat cambuk kalian di surga lebih baik dari dunia dan seisinya, kalau seandainya wanita (bidadari) dari wanita surga menengok ke bumi ini maka akan mengharumi langit dan bumi dan akan terang benderang apa-apa yang ada diantara keduanya, dan sungguh penutup kepala dari bidadari itu lebih baik dari dunia dan seisinya”. (HR. Bukhari)
Demikian pula hadits Abu Hurairah t dari Rasulullah r bersabda:
لِلرَّجُلِ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ زَوْجَتَانِ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ لِكُلِّ وَاحِدَةٍ سَبْعُوْنَ حُلَّةً يُرَى مُخُّ سَاقِهَا مِنْ وَرَاءِ الثِّيَابِ
“Bagi seorang laki-laki penduduk surga memiliki dua orang istri dari hurul ‘in (bidadari), setiap bidadari tersebut memiliki tujuh puluh pakaian yang terlihat sumsum betisnya dari balik bajunya”. (HR Ahmad, shahih)
Kenikmatan tertinggi adalah melihat Allah U
Dari Shuhaib bin Sinan t berkata: bersabda Rasulullah r :
إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ يَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ تُرِيْدُوْنَ شَيْئًا أَزِيْدُكُمْ, يَقُوْلُوْنَ أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوْهَنَا أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ وَ تُنْجِيْنَا مِنَ النَّارِ قَالَ فَيُكْشَفُ الْحِجَابُ فَمَا أُعْطُوْا شَيْئًا أَحَبُّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ ثُمَّ تَلاَ هذِهِ اْلآيَةَ (لِلَّذِيْنَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَ زِيَادَةٌ)
Apabila penduduk surga telah masuk surga maka berkata Allah U: “Apakah kalian menginginkan tambahan dari-Ku ?”, mereka berkata: “Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami, bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka ?”, berkata Nabi r: “Maka dibukalah hijab sehingga tidak ada suatu pemberian yang lebih mereka sukai daripada melihat Allah U “, kemudian Rasulullah membaca ayat (Yunus: 26): “Bagi orang-orang yang berbuat baik mendapatkan surga dan tambahannya”. (HR. Muslim)
Sifat orang yang berhak mendapatkan surga
Berkata Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah –rahimahullah- dalam kitab beliau “Hadil Arwah” (396-397) setelah beliau membawakan ayat-ayat Al-Qur’an tentang sifat-sifat penduduk surga: “Hal (kabar gembira) ini banyak dalam Al-Qur’an dan kembalinya hal ini kepada tiga pokok: iman, taqwa dan amal yang ikhlas karena Allah yang mencocoki sunnah. Maka orang-orang yang demikian ini adalah orang-orang yang diberikan kepada mereka kabar gembira ini, bukan orang yang selain mereka dari semua makhluk. Diatas ketiga pokok ini beredar semua kabar gembira dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan terkumpul pada dua pokok: Ikhlas ketika taat kepada Allah dan berbuat baik kepada makhluk-Nya”.
Jalan menuju surga hanya satu dan tidak ada jalan selainnya
Dari Ibnu Mas’ud t berkata: Rasulullah r membuat untuk kami suatu garis dan berkata: “Ini adalah jalan Allah”, kemudian beliau membuat banyak garis di sebelah kanan dan di sebelah kirinya lau berkata: “Ini adalah subul (jalan-jalan kesesatan) dan pada setiap jalan kesesatan itu ada setan yang mengajak kepadanya”, kemudian beliau membaca ayat (Al-An’am: 153):
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)”. (HR. Ahmad, shahih Al-Albani)
Demikian pula hadits dari Jabir t berkata: bersabda Rasulullah r : “Aku bermimpi seakan-akan Jibril di kepalaku dan Mikail di kakiku, salah satu dari mereka berkata kepada temannya: “Berikan dia suatu perumpamaan!”, lalu dia berkata: “Dengarkanlah oleh telingamu dengan baik dan camkan dalam hatimu dengan baik, sesungguhnya permisalanmu dengan umatmu adalah seperti seorang raja yang membuat kerajaan dan dibangun padanya sebuah rumah kemudian mengadakan jamuan makan, kemudian dia mengutus utusan untuk memanggil manusia menikmati makanannya, diantara manusia ada yang menerima ajakan utusan tersebut dan yang lain meninggalkannya. Maka Allah itu adalah raja, dan kerajaan itu adalah Islam, dan rumah itu adalah surga dan engkau wahai Muhammad adalah utusan tersebut. Maka barangsiapa menerima ajakanmu dia masuk Islam, dan barangsiapa berislam dia masuk surga, dan barangsiapa masuk surga makan apa saja di surga tersebut “. (HR. Tirmidzi, dishahihkan Syaikh Al-Albani)
Demikianlah jalan ke surga, yaitu dengan mengikuti Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah r, menerima keduanya dengan sepenuhnya dan meninggalkan semua yang menyelisihi apa-apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya.
·    Apa hukumnya berpacaran dalam agama islam ? tolong dijelaskan !
Arin_Laha (085343017XXX)
Dijawab oleh Al-Ustadz Saifullah:
Hukum pacaran menurut agama Islam adalah tidak boleh, karena orang yang pacaran akan terjerumus kepada beberapa larangan dalam agama Islam, diantaranya:
1)       Bertasyabuh (menyerupai) orang kafir
Pacaran adalah berasal dari orang kafir dan bukan produk Islami, sehingga ada pada mereka hari Valentine Day’s (hari kasih sayang), dan Nabi r melarang bertasyabuh dengan orang kafir. Nabi r bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk mereka”. (HR. Abu Dawud)
2)       Berzina (anggota badannya akan bermaksiat)
Dari Abu Hurairah t bahwasannya Nabi r bersabda:
كُتِبَ عَلَىَ ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزّنَى. مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ. فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النّظَرُ. وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ. وَاللّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ. وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ. وَالرّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا. وَالْقَلْبُ يَهْوَىَ وَيَتَمَنّىَ. وَيُصَدّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذّبُهُ
“Ditetapkan atas manusia bagiannya dari zina, akan mendapati yang demikian tidak bisa dihindari: kedua mata zinanya melihat, kedua telinga zinanya mendengar, lisan zinanya berkata, tangan zinanya meraba, kaki zinanya melangkah, hati zinanya berangan-angan, dan kemaluanlah yang akan membenarkan atau mendustakannya”. (Muttafaqun ‘Alaihi)
Kalau ingin menikah dan mendapatkan pasangan yang cocok maka bukan dengan pacaran, ada pembahasannya tersendiri, namun karena tempat yang sempit kami tidak bisa memaparkannya disini.

·    Bolehkah bagi seseorang mengambil uang yang tercecer di jalanan yang dia tidak mengetahui siapa pemiliknya..? bolehkah ia memanfaatkan uang tersebut untuk dirinya, ataukah harus disumbangkan untuk masjid..?
Safril_Kebun Cengkeh (085343017XXX)
Dijawab oleh Al-Ustadz Abu Bakr:
Saudara penanya yang semoga dirahmati Allah U, masalah uang yang ditemukan di jalan sebagaimana yang saudara tanyakan haruslah dirinci untuk bisa dijawab. Adapun rinciannya sebagaimana dijawab oleh Syaikh Ibnu Baz –rahimahullah- (mantan mufti Saudi Arabia), beliau menjelaskan:
“Adapun temuan sederhana yang tidak berharga, maka diumumkan tidak mengapa, jika diambilpun tidak mengapa, dan apabila disumbangkan juga tidak mengapa, karena temuan itu sederhana yang tidak perlu diumumkan, seperti 10 RS (Riyal Saudi, ket. 1 RS = Rp.2500,-),  20 RS, 30 RS atau yang semisalnya, temuan ini di masa sekarang tidak berharga, kalau disumbangkan atas nama pemiliknya tidak mengapa, apabila dipakai tidak mengapa, apabila ditinggalkan tidak mengapa. Seperti sepatu (termasuk) temuan sederhana, jika engkau buang maka tidak diinginkan oleh manusia”. Pernah beliau ditanya tentang 50 RS, kemudian menjawab: “Itu termasuk jumlah kecil, tidak perlu diumumkan”. Dan terkadang beliau menjawab: “Perlu diumumkan karena agak berharga”. [Fatawa Ibnu Baz (19/438-442)]
Wallahu a’alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam