Iman kepada hari akhir adalah termasuk dasar pokok keimanan yang wajib diyakini oleh setiap kaum muslimin. Dan seorang yang meragukan akan datangnya hari akhir maka orang tersebut dihukumi dengan kekafirannya berdasarkan kesepakatan para ulama. Iman kepada hari akhir menurut pandangan syariat itu merupakan sisi keimanan yang akan menghasilkan suatu kebaikan, bahkan suatu kebaikan itu tidak akan terwujudkan kecuali dengan beriman kepada Allah dan hari akhir sebagaimana firman Allah U:
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi" (Al-Baqarah: 177)
Oleh sebab itu keimanan kepada hari akhir mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan manusia yang mengharapkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Karena dengan beriman kepada hari akhir dan selalu mengingat kejadian di hari itu akan dapat menambah iman seseorang dan akan menjadikan dirinya sebagai orang yang bertaqwa kepada Allah. Setiap kali bertambah keyakinannya terhadap hari akhir niscaya akan bertambah iman seseorang, dan hal ini juga akan dapat meningkatkan semangat dalam beramal shalih dan menjauhi amal yang terlarang serta mendorong dirinya untuk segera mempersiapkan bekal yang dapat membantu menyelamatkan dirinya dari segala kejadian yang sangat mengerikan di hari akhir dengan melakukan amalan yang dicintai dan diridhai oleh Allah Ta'ala, dan inilah dampak pengaruh yang baik bagi seseorang yang beriman kepada hari akhir sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah U:
فَأَمَّا مَنْ طَغَى وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
"Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)" (An-Nazi'at: 37-41)
Termasuk iman kepada hari akhir adalah iman kepada semua kejadian ghaib yang mengawali datangnya hari kiamat yang disebut dengan tanda-tanda hari kiamat sebagaimana yang telah diberitakan oleh Allah dalam Al-Qur'an dan Rasulullah r dalam As-Sunnah. Pembicaraan tentang tanda-tanda hari kiamat sangat penting sekali, terutama ketika banyak manusia lalai untuk mengingat segala kejadian di hari kiamat dan tersibukkan dengan kenikmatan dunia. Sesungguhnya pada tanda-tanda hari kiamat yang kejadiannya bisa dirasakan secara langsung dan dapat disaksikan oleh manusia akan membantu untuk mengembalikan seseorang dalam mengingat Tuhannya dan akan menyadarkan mereka dari kelalaiannya terhadap segala kejadian di hari akhir, sebagaimana yang telah dikatakan oleh Imam Al-Qurthubi dalam kitab At-Tadzkirah bi Ahwalil Mauta (2/732): "Suatu hikmah dikedepankannya tanda-tanda hari kiamat (sebelum datang hari kiamat) dan ditunjukkan kepada manusia akan kejadian tersebut adalah untuk mengingatkan mereka dari tidurnya dan menganjurkan mereka untuk bertindak hati-hati menjaga dirinya dengan taubat dan segera kembali kepada Allah agar mereka tidak dihadapkan dengan keadaan yang datang secara tiba-tiba yang akan menghalangi mereka dari adanya upaya untuk mengadakan perbaikan urusan kehidupannya, maka sudah sepantasnya bagi manusia setelah nampak tanda-tanda kiamat itu untuk mereka memperhatikan keadaan dirinya dan agar mereka memutuskan dari kesibukan keduniaannya (yang melalaikan; pent) dan agar mereka dapat mempersiapkan dirinya di hari kiamat yang telah dijanjikannya, hanya Allah yang Maha Mengetahui. Allah U telah menyebutkan dalam firman-Nya tentang tanda-tanda hari kiamat, hal ini dimaksudkan untuk memperingatkan mereka agar tidak terperdaya dengan kehidupan dunia, Allah U berfirman:
فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا السَّاعَةَ أَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً فَقَدْ جَاءَ أَشْرَاطُهَا فَأَنَّى لَهُمْ إِذَا جَاءَتْهُمْ ذِكْرَاهُمْ
"Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila kiamat sudah datang?" (Muhammad: 18)
Disini penulis ingin menyebutkan beberapa tanda hari kiamat sesuai dengan yang telah ditunjukkan oleh Allah dan Rasul-Nya . Dikatakan oleh Adh-Dhahak bahwa sebenarnya permulaan tanda kiamat yang sudah dekat masanya dengan hari kiamat itu adalah dengan diutusnya Rasulullah r sebagaimana dalam hadits dari Sahl bin Sa'd t berkata: "Aku melihat Rasulullah r mengisyaratkan dengan kedua jari-jemarinya seperti ini, jari tengah dan yang berikutnya yaitu jari telunjuknya, beliau mengatakan:
بُعِثْتُ وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْن
"Aku diutus sebagai seorang Rasul dengan waktu datangnya hari kiamat seperti dua jari ini" (HR. Bukhari)
Sebenarnya beberapa tanda hari kiamat yang nampak di akhir zaman ini banyak sekali sebagaimana yang telah disebutkan oleh para ulama dalam kitab Asyratus Sa'ah, dari tanda-tanda tersebut yang memang bisa dirasakan secara langsung keadaannya yaitu tersebarnya kebodohan dan sedikitnya ilmu agama.
Dari Abu Musa dan Ibnu Ma'sud -radhiyallahu 'anhuma- berkata: Rasulullah r bersabda:
إِنَّ بَيْنَ يَدَي السَّاعَةِ َلأَيَّامًا يَنْزِلُ فِيْهَا الْجَهْلُ ، وَيُرْفَعُ فِيْهَا الْعِلْمُ ، وَيَكْثُرُ فِيْهَا الْهَرَجُ ، وَالْهَرَجُ : اَلْقَتْلُ
"Sesungguhnya di depan datangnya hari kiamat ada beberapa hari yang di dalamnya akan turun kebodohan dan akan diangkat ilmu agama serta banyak terjadi Al-Haraj" (Al-Haraj: pembunuhan)" (HR. Bukhari)
Dari Anas t berkata: Rasulullah r bersabda:
إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ ، وَيُثْبَتَ الْجَهْلُ ، وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا
"Sesungguhnya diantara tanda-tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu agama, ditetapkannya kebodohan, diminumnya khamr (minuman keras) dan nampaknya perzinaan" (HR Bukhari)
Dari Abu Hurairah t dari Nabi r bersabda:
يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ ، وَيُنْقَصُ الْعَمَلُ ، وَيُلْقَى الشُّحُّ ، وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ ، وَيَكْثُرُ الْهَرَجُ ، قَالُوْا : يَا رَسُوْلَ اللهِ ، أَيْمَ هُوَ ؟ ، قَالَ : اَلْقَتْلُ , اَلْقَتْلُ
"Waktu akan semakin dekat, beramal sudah berkurang, akan didapatkan sifat kebakhilan, akan nampak fitnah-fitnah dan banyak terjadi Al-Haraj", mereka bertanya: "Wahai Rasulullah, apa itu Al-Haraj?", beliau berkata: "Banyak pembunuhan" (HR. Bukhari)
Telah berkata Abu Bakr Muhammad Ibnul Arabi dalam kitab 'Aridhatul Ahwadzi (10/121): "Adapun hilangnya ilmu, para ulama berkata: terjadinya hal tersebut dengan beberapa sisi, adakalanya dengan dihapuskannya dari hati –hati manusia, hal ini pernah terjadi pada orang-orang sebelum kita lalu Allah menjaga umat ini. Maka hilangnya ilmu dari umat ini adalah dengan meninggalnya para ulama. Dan sekelompok jamaah yang lain dari para ulama berpendapat: hilangnya ilmu juga terjadi dengan hilangnya amal, mereka menghafalkan Al-Qur'an namun mereka tidak mengamalkannya, maka hilanglah ilmu itu. Dan menurut pendapatku bahwa ada tiga sisi yang terjadi pada umat ini, terkadang seorang itu telah melakukan dosa sehingga dengan dosanya itu menyebabkan ilmunya hilang, terkadang orang tersebut membaca Al-Qur'an akan tetapi dia tidak mengamalkannya dan terkadang ilmu itu diambil lalu tidak seorangpun dari mereka yang dapat mengambil manfaat ilmu atau terhalangnya ilmu untuk disebarluaskan lalu akan hilang kesempatan dalam menyebarkan ilmu. Di sisi lain terkadang ilmu itu akan hilang dengan sebab banyaknya orang yang menentang sunnah sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits yang shahih dari Abdullah bin Mas'ud t dari Nabi r bersabda: "Akan datang beberapa perkara kalian setelahku diurusi oleh orang-orang yang memadamkan sunnah, beramal dengan bid'ah dan mengakhirkan shalat dari waktunya", aku bertanya: "Wahai Rasulullah, jika aku menjumpai mereka apa yang harus aku lakukan?", beliau berkata: "Kamu bertanya kepadaku wahai anak seorang ibu bagaimana kamu berbuat? Tidak ada ketaatan kepada orang yang durhaka kepada Allah" (HR. Ibnu Majah, sanad shahih)
Dan hilangnya ilmu agama terkadang dirasakan dengan banyaknya orang yang mencari ilmu agama dari orang yang bukan ahlinya.
إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُلْتَمَسَ الْعِلْمُ عِنْدَ اْلأَصَاغِرِ
"Sesungguhnya termasuk tanda hari kiamat adalah dengan dicarinya ilmu dari orang rendahan (yang tidak memiliki keahlian ilmu agama)" (HR. Ibnul Mubarak, sanad shahih)
Dalam hadits lain, dari Abu Hurairah t berkata: Disaat beliau dalam suatu majelis berbincang-bincang dengan suatu kaum, ada seorang a'rabi (badui) yang datang kepada beliau, lalu dia bertanya: "Kapan datangnya hari kiamat?", maka beliau melanjutkan pembicaraannya dengan suatu kaum, sebagian kaum mengatakan: Beliau mendengar apa yang telah dikatakan lalu beliau tidak menyukai apa yang dikatakan, sebagian kaum yang lain mengatakan bahwa beliau tidak mendengarnya, sampai ketika beliau selesai bicara, beliau berkata: "Dimana orang yang tadi aku diperlihatkan, yang bertanya tentang hari kiamat?", dia berkata: "Di sini saya wahai Rasulullah", beliau menjawab: "Bila disia-siakan amanah maka tunggulah hari kiamat", dia berkata: "Bagaimana disia-siakannya amanah itu?", beliau berkata:
إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
"Bila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah hari kiamat" (HR. Bukhari)
Kesimpulan dari penjelasan diatas:
1. Iman kepada hari akhir dan kejadian sebelumnya akan menghasilkan suatu kebaikan, akan dapat menambah iman seseorang dan menjadikan dirinya sebagai orang yang bertaqwa kepada Allah, akan mendorong seseorang untuk segera mempersiapkan bekal yang dapat menyelamatkan dirinya dari segala kejadian yang sangat mengerikan di hari akhir, akan membantu mengembalikan seseorang dalam mengingat Tuhannya, akan menyadarkan mereka dari kelalaiannya terhadap segala kejadian di hari akhir dan akan memperingatkan mereka agar tidak terperdaya dengan kehidupan dunia.
2. Setiap muslim berkewajiban untuk mencari ilmu agama dari sumber aslinya sebelum datang suatu masa dimana ilmu agama sudah mulai kurang diminati.
3. Tanda-tanda hilangnya ilmu agama adalah: Meninggalnya ulama, tidak beramal dengan ilmu, melakukan dosa dan maksiat bagi si pemilik ilmu, banyaknya orang yang menentang sunnah, banyaknya orang beribadah yang tidak didasarkan kepada petunjuk Nabi r dan banyaknya orang yang mencari ilmu agama dari orang yang bukan ahlinya.
Wallahu a'lam bish shawab
وَ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ
Pertanyaan:
Bagaimana caranya menghindar dosa hawa nafsu?
Mita_Air Kuning (085343003XXX)
Dijawab oleh Al-Ustadz Abu Bakr:
Saudari penanya yang semoga dirahmati oleh Allah U, pertanyaan ini akan kami jawab dengan jawaban yang kami nukilkan dari seorang ulama Ahlussunnah wal Jama'ah, yaitu Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziah, yang mana beliau adalah murid dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Dalam permasalahan yang ditanyakan ini beliau adalah seorang ulama yang mengerti dan banyak menggeluti permasalahan-permasalahan ini, hal ini terlihat dari banyaknya karangan-karangan beliau yang berbicara tentang permasalahan ini.
Dalam kitab beliau "Al-Fawaid" (hal.213) dengan judul bab: Meninggalkan syahwat (hawa nafsu) dalam rangka taat kepada Allah, beliau mengatakan: "Meninggalkan syahwat karena Allah akan menyelamatkan dari adzab Allah dan mewajibkan keselamatan dengan rahmat Allah. Maka perbendaharaan Allah, simpanan-simpanan kebaikan, kelezatan manusia, kerinduan kepada Allah, kegembiraan dan kesenangan dengan Allah tidak akan terdapat pada hati yang di dalamnya ada selain Allah walaupun dia adalah ahli ibadah, zuhud dan berilmu, karena Allah enggan memberikan simpanan-simpananNya kepada hati yang padanya ada selain diri-Nya dan keinginannya terikat dengan selain-Nya. Allah hanyalah memberikan simpanan-simpananNya kepada hati yang merasa bahwa kekayaan adalah dengan bersama Allah, kekayaan menjadi kemiskinan apabila bersama selain Allah, kejayaan menjadi kerendahan apabila bersama selain-Nya, kerendahan menjadi kemuliaan apabila bersama Allah, kenikmatanpun akan menjadi adzab apabila bersama selain Allah, dan penderitaan menjadi nikmat apabila bersama dengan-Nya. Kesimpulannya, dia (hati ini) tidaklah melihat adanya kehidupan kecuali dengan Allah dan bersama-Nya. Dan (sebaliknya) kematian, penderitaan, kesedihan dan gundah gulana (akan terjadi) apabila tidak bersama dengan Allah. Maka (hati yang demikian) ini akan mendapatkan dua surga, surga yang disegerakan di dunia, dan surga di hari kiamat kelak (insya Allah)" (berakhir perkataan beliau)
Mudah-mudahan Allah menjaga hati-hati kita untuk menghindari hawa nafsu dan dijadikan hati-hati kita untuk senantiasa taat kepada-Nya.
وَ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam