Pentingnya doa
Kehidupan manusia di dunia ini tidaklah pernah luput dari problema. Ujian , cobaan dan kesulitan senantiasa menghiasi kehidupan mereka. Akan tetapi, semua kesulitan-kesulitan, semua masalah-masalah manusia tersebut pasti ada jalan keluarnya, baik itu masalah kecil ataupun besar. Allah U berfirman:
`tBur È,Gtƒ ©!$# @yèøgs† ¼ã&©! %[`tøƒxC ÇËÈ çmø%ã—ötƒur ô`ÏB ß]ø‹ym Ÿw Ü=Å¡tFøts†
"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya" (Ath-Thalaq: 2-3)
Dalam ayat yang mulia ini Allah U menjelaskan tentang adanya jalan keluar bagi semua kesulitan mereka di dunia ini. Yang mana jalan keluar itu dikaitkan oleh Allah U dengan adanya ketaqwaan hamba kepada-Nya. Salah satu bentuk ketaqwaan hamba kepada Allah U dan salah satu usaha untuk memperoleh jalan keluar tersebut adalah doa. Doa adalah senjata seorang muslim. Doa adalah ibadah kepada Allah U. Dari sahabat Nu'man bin Basyir t bahwa Rasulullah r bersabda:
اَلدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
"Doa adalah ibadah" (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Muqbil)
Allah U memerintahkan dalam Al-Qur'an hamba-hambaNya untuk berdoa kepada-Nya dan juga mencela dengan keras orang-orang yang tidak berdoa kepada-Nya. Allah U berfirman:
tA$s%ur ãNà6š/u‘ þ’ÎTqãã÷Š$# ó=ÉftGó™r& ö/ä3s9 4 ¨bÎ) šúïÏ%©!$# tbrçŽÉ9õ3tGó¡o„ ô`tã ’ÎAyŠ$t6Ïã tbqè=äzô‰u‹y™ tL©èygy_ šúïÌÅz#yŠ
"Dan Tuhan kalian berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagi kalian. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina" (Ghafir: 60)
Setelah kita mengetahui tentang pentingnya doa dan bahwasannya doa itu adalah ibadah, maka sudah selayaknya bagi kita untuk memperhatikan permasalahan doa ini. Dalam permasalahan doa ada sebab-sebab terkabulnya doa, ada adab-adab dalam berdoa dan juga ada perkara-perkara yang bisa menghalangi diterimanya sebuah doa. Dalam tulisan sederhana ini insya Allah Ta'ala kita akan jelaskan masing-masing perkara ini.
Sebab-sebab terkabulnya doa
1) Ikhlas karena Allah U semata. Doa adalah ibadah, dan ikhlas adalah salah satu syarat diterimanya suatu ibadah.
2) Tidak tergesa-gesa ingin segera terkabulnya doa tersebut. Dari sahabat Abu Hurairah t bahwa Rasulullah r bersabda:
لاَ يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ. مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ". قِيلَ: يَا رَسُولَ اللّهِ مَا الاسْتِعْجَالُ؟ قَالَ "يَقُولُ: قَدْ دَعَوْتُ، وَقَدْ دَعَوْتُ، فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي. فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ، وَيَدَعُ الدّعَاءَ
"Senantiasa seorang hamba akan dikabulkan doanya selama dia tidak berdoa untuk suatu dosa, atau berdoa untuk memutuskan tali silaturahmi, selama dia tidak tergesa-gesa". Ditanyakan: "Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa?". Bersabda Nabi r: "Orang itu berkata: aku telah berdoa, aku telah berdoa tetapi belum juga terkabulkan, kemudian letih (menyesali) hal tersebut dan meninggalkan doa". (HR Muslim)
3) Berdoa untuk kebaikan bukan untuk kejelekan. Allah U berfirman:
äíô‰tƒur ß`»|¡RM}$# Îhޤ³9$$Î/ ¼çnuä!%tæßŠ ÎŽösƒø:$$Î/ ( tb%x.ur ß`»|¡RM}$# Zwqàftã
"Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa". (Al-Isra': 11)
4) Yakin akan terkabulnya doa dan hadirnya hati (konsentrasi). Dari sahabat Abu Hurairah t bahwa Rasulullah r bersabda:
اُدْعُوا اللهَ وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِالإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ لاَ يَسْتَجِيْبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ
"Berdoalah kalian kepada Allah dalam keadaan kalian yakin dengan terkabulnya doa. Dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari orang yang lalai hatinya (tidak konsentrasi)". (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Al-Hakim, dihasankan oleh Syaikh Salim Al-Hilali)
5) Memperhatikan keadaan makanan yang dimakan apakah dari hasil halal atau haram. Dari sahabat Abu Hurairah t bersabda Rasulullah r:
أَيّهَا النّاسُ إِنّ اللّهَ طَيّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاّ طَيّباً. وَإِنّ اللّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ. فَقَالَ: {يَا أَيّهَا الرّسُلُ كُلُوا مِنَ الطّيّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً إِنّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ} وَقَالَ: {يَا أَيّهَا الّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ}". ثُمّ ذَكَرَ الرّجُلُ يُطِيلُ السّفَرَ. أَشْعَثَ أَغْبَرَ. يَمُدّ يَدَيْهِ إِلَى السّمَاءِ. يَا رَبّ يَا رَبّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ. فَأَنّى يُسْتَجَابُ لِذَلِك؟
"Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu baik dan Allah tidaklah menerima kecuali sesuatu yang baik. Allah telah memerintahkan kaum mukminin dengan apa yang telah diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Allah berfirman: "Hai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan" (Al-Mu'minun: 51). Dan juga berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian" (Al-Baqarah: 172). Kemudian Rasulullah r menyebutkan kisah seorang laki-laki yang menempuh perjalanan jauh, kusut dan berdebu mengangkat kedua tangannya ke langit dan berdoa: "Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku", sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dikenyangkan dengan (usaha) haram, maka bagaimana mungkin akan dikabulkan doanya ". (HR. Muslim)
[Lihat selengkapnya kitab "Bahjatun Nazhirin" jil.2 hal.551-554, karya Syaikh Salim Al-Hilali]
Adab-adab dalam berdoa
Termasuk adab-adab dalam berdoa adalah:
1) Merendahkan suara dan merendahkan diri. Allah U berfirman:
(#qãã÷Š$# öNä3/u‘ %Y敎|Øn@ ºpuŠøÿäzur 4 ¼çm¯RÎ) Ÿw =Ïtä† šúïωtF÷èßJø9$#
"Berdoalah kepada Tuhan kalian dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas" (Al-A'raf: 55)
2) Penuh berharap dan takut kepada Allah U disertai dengan kekhusyu'an. Allah U berfirman:
öNßg¯RÎ) (#qçR$Ÿ2 šcqããÌ»|¡ç„ ’Îû ÏNºuŽöy‚ø9$# $oYtRqããô‰tƒur $Y6xîu‘ $Y6ydu‘ur ( (#qçR%Ÿ2ur $uZs9 šúüÏèϱ»yz ÇÒÉÈ
"Sesungguhnya mereka (para nabi) adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami" (Al-Anbiya': 90)
3) Menyebutkan nama-nama Allah (Asmaul Husna) ketika berdoa. Allah U berfirman:
¬!ur âä!$oÿôœF{$# 4Óo_ó¡çtø:$# çnqãã÷Š$$sù $pkÍ5
"Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu". (Al-A'raf: 180)
Waktu-waktu mustajab
Termasuk perkara penting lainnya dalam berdoa adalah memilih waktu–waktu mustajab (terkabulkannya) doa sesuai dengan petunjuk Rasulullah r . Apa yang kami sebutkan disini adalah ringkasan tertang hal tersebut, diantaranya:
1) Ketika 1/3 (sepertiga) malam terakhir
2) Setelah shalat ashar pada hari jum'at
3) Antara adzan dan iqomat
4) Ketika sujud
5) Selesai shalat lima waktu
6) Ketika bertemu musuh di medan perang
7) Ketika turun hujan
8) Pada hari 'Arafah ketika musim haji
9) Ketika mendengar ayam berkokok
10) Ketika menutup mata jenazah
11) Malam Lailatul Qadr
12) Doa orang yang berpuasa ketika berbuka
13) Ketika bepergian (safar)
[Lihat "Bahjatun Nazhirin": 2/588-589, dengan sedikit tambahan dari kami]
Penghalang terkabulnya doa
Penghalang utama terkabulnya doa adalah kesyirikan kepada Allah U, yaitu berdoa kepada selain Allah U atau menjadikan tandingan bagi Allah U dalam peribadahan, yang hal ini bukan hanya menyebabkan terhalanginya sebuah doa akan tetapi juga membuat pelakunya keluar dari agama Islam, na'udzu billah min dzalik..
Mudah-mudahan Allah U menjadikan kita dalam barisan orang-orang shalih, orang-orang yang senantiasa banyak berdoa kepada Allah U, sebagaimana disebutkan dalam hadits dari sahabat Anas bin Malik t berkata: bahwa doa yang paling banyak diucapkan oleh Rasulullah r adalah:
!$oY/u‘ $oYÏ?#uä ’Îû $u‹÷R‘‰9$# ZpuZ|¡ym ’Îûur ÍotÅzFy$# ZpuZ|¡ym $oYÏ%ur z>#x‹tã Í‘$¨Z9$#
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". (HR. Bukhari dan Muslim)
Wallahu a'lam bish shawab
وَ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ
Pertanyaan:
Minta hadits tentang Imam Mahdi yang shahih, kalau bisa ustadz sms barang dua hadits..!
(Abdurrahim, Namlea. 081343074XXX)
Jawaban:
Imam Mahdi adalah seorang Imam yang telah dikhabarkan oleh Rasulullah r bahwa beliau akan datang di akhir zaman, mengokohkan agama dan menampakkan keadilan serta diikuti oleh kaum muslimin, beliau memegang kepemimpinan atas kerajaan-kerajaan Islam. Beliau dari keturunan Nabi Muhammad r. Beliau muncul sezaman dengan diturunkannya Nabi Isa u dan keluarnya Dajjal. Hadits-hadits yang shahih tentang hal ini banyak, sehingga wajib bagi kita untuk mengimaninya, dan tidak benar bahkan tidak ada dalil bagi orang-orang yang mengingkarinya atau menyelewengkan maknanya. Hadits-hadits tentang Imam Mahdi diantaranya:
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللهُ ذلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يُبْعَثَ فِيْهِ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي وَ اسْمُ أَبِيْهِ اسْمَ أَبِي يَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَ عَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَ جَوْرًا"
"Kalau seandainya tidak tersisa dari dunia ini kecuali satu hari saja maka Allah akan memanjangkan hari tersebut sampai diutus pada hari tersebut seorang laki-laki dari keturunanku (ahlul bait) yang namanya sama dengan namaku dan nama bapaknya sama dengan nama bapakku, yang dia itu memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana bumi itu penuh dengan kezhaliman dan kejahatan" (HR. Abu Dawud, dishahihkan Syaikh Al-Albani)
Berkata Al-Hafizh Ibnu Katsir tentang Imam Mahdi: "Nama beliau adalah Muhammad bin Abdillah Al-'Alwi Al-Fathimi Al-Hasani t" [An-Nihayah Fil Fitan wal Malahim: 1/31]
اَلْمَهْدِي مِنِّي أَجْلَى الْجَبْهَة أَقْنَى الْأَنْف يَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَ عَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَ ظُلْمًا يَمْلِكُ سَبْعَ سِنِيْنَ
"Al-Mahdi dari (keturunan) ku yang beliau lebar dahinya, mancung hidungnya, memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana bumi penuh dengan kejahatan dan kezhaliman, yang mana beliau berkuasa selama tujuh tahun" (HR. Abu Dawud, Al-Hakim, dihasankan Syaikh Al-Albani)
اَلْمَهْدِي مِنْ عتْرَتِي مِنْ وَلَدِ فَاطِمَةَ
"Al-Mahdi dariku (keturunanku) dari anaknya Fatimah" (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-Hakim, dishahihkan Syaikh Al-Albani)
[Keterangan selengkapnya bisa dilihat dalam kitab "Aqidah Ahlissunnah wal atsar fil Mahdil Muntazhar" karya Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad, atau murid beliau Syaikh Abdullah bin Sulaiman Al-Ghafili dalam kitab "Asyrathus Sa'ah"].
Wallahu a'lam bish shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam