STAFF BULETIN AL-MANSHUROH - AMBON

Diterbitkan oleh: Yayasan Abu Bakr Ash-Shiddiq, BTN Kebun Cengkeh Blok.B14 No.20, Batu Merah - Ambon. Penasehat: Ust. Abdul Wahab Lumaela, Ust. Abdussalam, Ust. Abu Bakr, Ust. Saifullah, Ust. Shadiqun, Ust. Ismail. Pemimpin Usaha: Didi Dzulkifli, ST. Tim Khusus: Ir. Tris. M, Pemimpin Redaksi: Ibnu Shalih. Redaktur Pelaksana: Adam.Y. Sirkulasi: Yudi.A.H, Abu Khalid, Muadz. Sekretaris Umum: Isra Budi. Bendahara: Andi Ibrohim. Wakil Bendahara: Abu Azzam. Alamat Redaksi: Masjid Abu Bakr Ash-Shiddiq, Kampung Muhajirin (Belakang Perum DPRD). Rekomendasi Kanwil Dep. Agama Nomor: Kw.25.4/4/BA.00/635/2009


Minggu, 26 Desember 2010

07 _ MUHASABAH, KOREKSILAH DIRI KALIAN SEBELUM KALIAN DIKOREKSI ! _ Ust Abdussalam -hafizhahullah-

Segala puji bagi Allah yang telah menjanjikan bagi orang yang meng-introspeksi diri dengan rasa aman di hari kiamat yang telah dijanjikan.
Wahai kaum muslimin, aku wasiatkan untuk diriku dan diri kalian untuk bertaqwa kepada Allah dan mengintrospeksi diri maka jiwa kita akan tenang, tentram dan bahagia. Allah  berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan" (Al-Hasyr: 18)

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata: "Koreksilah diri-diri kalian sebelum kalian dikoreksi oleh Allah, dan perhatikanlah apa yang sudah kalian simpan untuk diri-diri kalian dari amalan shalih di hari yang telah dijanjikan kalian dan dihadapkan kalian kepada Rabb kalian. Dan bertaqwalah kalian (ini penegasan yang kedua) sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian lakukan, yakni ketahuilah bahwa Allah mengetahui semua amalan dan keadaan kalian, dan tidak ada yang tersembunyi atas Allah tentang diri kalian, dan tidak ada yang terlepas dari pengetahuan Allah tentang perkara kalian baik yang dihargai ataupun yang remeh".
Dan Allah  berfirman:
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا * فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا * قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا * وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
"Dan (demi) jiwa serta penyem-purnaan (ciptaan) nya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.  Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan se-sungguhnya merugilah orang yang mengotorinya" (Asy-Syams: 7-10)
Imam Al-Baghawi dalam tafsirnya telah mengatakan: "Imam Hasan Al-Bashri telah berkata: "Maknanya, sungguh telah beruntung orang yang telah mensucikan dirinya lalu dia berusaha untuk mengadakan perbaikan dan dia dorong jiwa itu untuk taat kepada Allah. Dan sungguh telah merugi orang yang telah mengotori jiwanya, yakni dia telah menghancurkan jiwanya, menyesatkannya dan mendorongnya untuk bermaksiat kepada Allah, maka dia jadikan amalannya itu semata-mata untuk mengikuti nafsu jiwanya".
Definisi Muhasabah
Setelah kita mengetahui ayat-ayat diatas maka wajib bagi kita untuk bermuhasabah (introspeksi diri).
Agar lebih sempurna pemahaman kita tentang muhasabah maka kita akan perhatikan ucapan para ulama terkait dengan hal tersebut.
Makna muhasabah adalah se-bagaimana dikatakan oleh Al-Mawardi, yaitu: "Manusia akan mengoreksi lembaran-lembaran amal dia di waktu malamnya dari amal yang pernah dilakukan di waktu siang harinya. Jika amalannya itu terpuji maka dia akan me-lanjutkannya dan diikuti dengan amalan yang serupa dengan amalan tersebut. Dan jika amalannya itu adalah tercela (setelah diintrospeksi) maka dia akan berusaha untuk mem-perbaikinya jika memungkinkan, dan akan berhenti dari amalan yang sejenis itu di masa yang akan datang".
Dan Imam Ibnul Qayyim pernah mengingatkan orang yang me-remehkan bermuhasabah, dengan perkataannya: "Suatu perkara yang lebih membahayakan dan merugikan atas orang yang telah diberikan beban syar'i adalah sikap me-remehkan dan tidak memperdulikan serta meninggalkan muhasabah (introspeksi diri), dan membiarkan keadaannya seperti itu, dan menganggap remeh setiap perkara yang dijalankannya, maka se-sungguhnya ini akan berdampak kepada kebinasaan, dan inilah keadaan orang yang telah tertipu


dengan dunia dan setan, yakni bahwa dia akan menutup kedua mata terhadap dampak buruk dari sikap yang salah yaitu tidak mau mengintrospeksi diri, dan dia akan tetap berjalan seperti itu keadaan-nya (tidak ada perubahan ke arah yang baik) dan dia selalu bersandar dengan pemaafan dari Allah, lalu dia meremehkan muhasabah terhadap dirinya dan tidak mau melihat dampak buruk, dan bila dia melakukan hal yang demikian niscaya dia akan mudah terjatuh dalam hal dosa dan selalu senang dengan dosanya dan dia akan sulit untuk melepaskannya".
Contoh para ulama salaf dalam bermuhasabah
Dari Anas bin Malik t dia telah berkata: Aku telah mendengar Umar bin Al-Khaththab pada suatu hari, aku telah keluar bersama dengan beliau sampai beliau masuk di balik dinding, lalu aku mendengarkannya dia mengatakan, sedang aku terhijabi (tertutup oleh dinding): "Umar !!! Amirul Mukminin !!! bakh-bakh !!! Demi Allah, wahai anaknya Al-Khaththab, hendaknya engkau bertaqwa kepada Allah atau Allah akan menyiksa dirimu".
Dan Ibrahim At-Taimi telah berkata: "Aku telah berikan perumpamaan diriku di dalam jannah, lalu aku makan dari buah-buahan yang ada di jannah, dan aku minum dari sungai-sungainya, dan aku memeluk gadis-gadis jannah. Kemudian aku juga telah berikan perumpamaan pada jiwaku di dalam neraka, aku makan buah yang pahit dan berduri dari buah zaqqum, dan aku minum dari nanahnya, dan aku membelenggu diriku dengan rantainya, lalu aku berkata pada diriku sendiri: "Wahai jiwa, yang mana dari dua keadaan tadi yang kamu inginkan", maka jiwa berkata: "Aku ingin dikembalikan lagi ke dunia, lalu aku beramal shalih", maka aku berkata: "Maka kamu wahai jiwa berada dalam keadaan yang aman, maka laksanakanlah amalan tersebut !"
Umar bin Al-Khaththab pernah menulis surat pada beberapa pejabatnya: "Perhitungkanlah dirimu di waktu senang sebelum datang perhitungan yang berat. Barangsiapa yang telah menghisab dirinya di waktu senang sebelum perhitungan yang  berat maka dia akan ridha dan akan mendapat keberuntungan. Sebaliknya, siapa yang kehidupannya melalaikannya dan nafsunya me-nyibukkannya maka ia akan me-nyesal dan mendapat kerugian".

Wallahu a'lam bish shawab

وَ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ



Pertanyaan:
Bagaimana niat mandi wajib yang diajarkan oleh Baginda r ?
(laraba….@yahoo.com)
Dijawab oleh Al-Ustadz Abu Bakr:
Saudara penanya yang semoga dirahmati oleh Allah U, permasalahan mandi wajib / mandi janabah atau mandi junub yang mana mandi tersebut disebabkan oleh hadats besar, yaitu hadats yang membutuhkan mandi wajib untuk menghilangkannya, seperti keluar mani sama saja keluar mani tersebut karena jima' (bersetubuh) atau karena bermimpi, ataupun juga jima' tersebut keluar mani atau tidak keluar mani, maka semua perkara ini membutuhkan mandi wajib. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih dari Abu Hurairah t bahwa Rasulullah r bersabda:
إِذَا جَلَسَ بَيْنَ شُعَبِهَا الْأَرْبَعِ ثُمَّ جَهَدَهَا وَجَبَ الْغُسْلُ. وَ فِي لَفْظٍ لِمُسْلِمٍ: وَ إِنْ لَمْ يُنْزِلْ
"Apabila seorang laki-laki menyetubuhi seorang wanita maka dia wajib mandi", dalam riwayat Muslim: "Walaupun tidak keluar mani".
Adapun masalah niat pada mandi wajib ini, belum pernah didapatkan dari Nabi r bahwa beliau mengucapkannya sebelum mandi. Mandi wajib ini adalah ibadah sebagaimana ibadah yang lainnya pula, kita membutuhkan petunjuk dari Rasulullah r dalam berbuat ataupun berkata dalam perkara ibadah tersebut, cukuplah bagi kita untuk melakukan apa-apa yang dicontohkan oleh Nabi r , dan demikian pula untuk kita tidak melakukan apa-apa yang tidak dicontohkan oleh Nabi r dalam perkara agama.
Adapun tata cara mandi wajib yang dicontohkan oleh Nabi r adalah sebagaimana diriwayatkan dari hadits istri beliau Aisyah –radhiyallahu 'anha- "Bahwa Rasulullah r apabila beliau mandi karena junub beliau mencuci kedua telapak tangannya kemudian berwudhu seperti wudhu untuk shalat, kemudian beliau menyela-nyela rambutnya dengan tangannya, dan apabila beliau yakin bahwa air tersebut telah sampai ke pangkal kulit rambut beliau membasahi rambut tersebut tiga kali, lalu setelah itu beliau menyiramkan air ke seluruh tubuh beliau" (HR. Bukhari dan Muslim). Barakallahu fiik, wallahu a'lam bish shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam