STAFF BULETIN AL-MANSHUROH - AMBON

Diterbitkan oleh: Yayasan Abu Bakr Ash-Shiddiq, BTN Kebun Cengkeh Blok.B14 No.20, Batu Merah - Ambon. Penasehat: Ust. Abdul Wahab Lumaela, Ust. Abdussalam, Ust. Abu Bakr, Ust. Saifullah, Ust. Shadiqun, Ust. Ismail. Pemimpin Usaha: Didi Dzulkifli, ST. Tim Khusus: Ir. Tris. M, Pemimpin Redaksi: Ibnu Shalih. Redaktur Pelaksana: Adam.Y. Sirkulasi: Yudi.A.H, Abu Khalid, Muadz. Sekretaris Umum: Isra Budi. Bendahara: Andi Ibrohim. Wakil Bendahara: Abu Azzam. Alamat Redaksi: Masjid Abu Bakr Ash-Shiddiq, Kampung Muhajirin (Belakang Perum DPRD). Rekomendasi Kanwil Dep. Agama Nomor: Kw.25.4/4/BA.00/635/2009


Minggu, 22 April 2012

56 _ Suri Teladan Dari Kisah Nabi Ibrahim _ Ust Saifulah -hafizhahullah-

Nabi Ibrahim u adalah seorang nabi yang mulia, teladan yang baik bagi orang-orang setelahnya. Dia mengorbankan segala yang dimiliki hanya untuk Allah c semata. Senantiasa taat kepada Allah c walaupun harus mengorbankan sesuatu yang dicintainya. Allah c berfirman:
قَدۡ كَانَتۡ لَكُمۡ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ فِيٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُ
“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagi kalian pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya..” (Al-Mumtahanah: 4)
Demikian juga Allah c menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim u seorang yang muwahid (taat beribadah kepada Allah dan tidak beribadah kepada yang lain-Nya).
Allah berfirman:
إِنَّ إِبۡرَٰهِيمَ كَانَ أُمَّةٗ قَانِتٗا لِّلَّهِ حَنِيفٗا وَلَمۡ يَكُ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif (bertauhid, berpaling dari selain Allah dan hanya menghadap kepada-Nya). Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.” (An-Nahl: 120)
Allah c berkata kepada Nabi Muhammad g:
ثُمَّ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ أَنِ ٱتَّبِعۡ مِلَّةَ إِبۡرَٰهِيمَ حَنِيفٗاۖ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ
“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Hai Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif dan bukanlah dia termasuk orang-orang musyrik.” (An-Nahl: 123)
Pembaca yang semoga dirahmati Allah c, marilah kita melihat dan membaca firman-firman Allah yang menjelaskan bagaimana kehidupan Nabi Ibrahim u yang penuh dengan ketaatan, kepatuhan dan kekokohan dalam menjalani perintah Allah c. Dijelaskan oleh sebagian ulama, Islam itu adalah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk kepada-Nya dengan penuh ketaatan serta berlepas diri dari kesyirikan dan orang-orang yang berbuat syirik. Kalau kita membaca sejarah dan kisah kehidupan Nabi Ibrahim u maka kita akan mendapati beliau adalah seorang yang memiliki sifat-sifat tersebut bahkan beliau adalah suri teladan bagi kita. Allah c berfirman:
مَا كَانَ إِبۡرَٰهِيمُ يَهُودِيّٗا وَلَا نَصۡرَانِيّٗا وَلَٰكِن كَانَ حَنِيفٗا مُّسۡلِمٗا وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ
“Ibrahim bukanlah seorang yahudi dan bukan pula seorang nasrani akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.” (Ali Imran: 67)
Beliau adalah seorang yang sangat taat dan tunduk kepada perintah Allah c. Bahkan ketika beliau diperintahkan untuk menyembelih anak yang dicintainya pun, beliau tetap melaksanakan perintah tersebut. Kemudian Allah c pun mengganti putra Ibrahim u yang hendak disembelih tersebut dengan hewan sembelihan yang besar. Allah c berfirman:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡيَ قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٠٢ فَلَمَّآ أَسۡلَمَا وَتَلَّهُۥ لِلۡجَبِينِ ١٠٣ وَنَٰدَيۡنَٰهُ أَن يَٰٓإِبۡرَٰهِيمُ ١٠٤ قَدۡ صَدَّقۡتَ ٱلرُّءۡيَآۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٠٥ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلۡبَلَٰٓؤُاْ ٱلۡمُبِينُ ١٠٦ وَفَدَيۡنَٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيمٖ ١٠٧
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!", ia menjawab: "Hai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".  Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim telah membaringkan anaknya atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.  Sesungguhnya Ini benar-benar suatu ujian yang nyata.  Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (Ash-Shaffat: 102-107)
Demikianlah tauhid Nabi Ibrahim u yang kokoh dan kuat, lebih mengutamakan dan mendahulukan kecintaan kepada Allah c dari segala kecintaan kepada selain-Nya. Seseorang yang benar-benar mentauhidkan Allah maka kecintaannya kepada Allah c melebihi rasa cintanya kepada siapapun, sehingga hal terpenting baginya adalah melakukan apa-apa yang dicintai Allah c walaupun harus mengorbankan apapun, seperti yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim u . Rasulullah g bersabda:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ: أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا
“Tiga perkara yang jika ketiganya ada pada diri seseorang maka dia akan merasakan manisnya iman: Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari selain keduanya, ..” (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang yang muwahid kecintaannya kepada selain Allah juga didasari oleh kecintaannya kepada Allah. Tidaklah dia mencintai sesuatu kecuali karena Allah mencintai sesuatu tersebut. Rasulullah g bersabda:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ طَعْمَ الْإِيْمَانِ: مَنْ كَانَ يُحِبُّ الْمَرْأَ  لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ
“Ada tiga hal yang barangsiapa ketiganya ada pada diri seseorang maka ia akan merasakan lezatnya iman: ia mencintai seseorang semata-mata karena Allah, ..” (HR. Bukhari dan Muslim)
Demikian juga dalam membenci sesuatu, orang yang muwahid mendasari kebencian karena Allah. Allah c berfirman:
قَدۡ كَانَتۡ لَكُمۡ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ فِيٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ إِذۡ قَالُواْ لِقَوۡمِهِمۡ إِنَّا بُرَءَٰٓؤُاْ مِنكُمۡ وَمِمَّا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ كَفَرۡنَا بِكُمۡ وَبَدَا بَيۡنَنَا
وَبَيۡنَكُمُ ٱلۡعَدَٰوَةُ وَٱلۡبَغۡضَآءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤۡمِنُواْ بِٱللَّهِ وَحۡدَهُ
“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya, ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) kalian dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kalian beriman kepada Allah saja.” (Al-Mumtahanah: 4)
Demikian juga orang yang bertauhid, ketika telah mengetahui keutamaan tauhid dan mengamalkannya, dia berusaha mengajak orang lain untuk bertauhid, terutama mengajak keluarganya dan orang-orang yang dekat dengannya sebagai bentuk kecintaannya dan kasih sayangnya terhadap saudaranya karena Allah. Allah berfirman menggambarkan apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim u dalam mengajak orang tuanya kepada tauhid:
وَٱذۡكُرۡ فِي ٱلۡكِتَٰبِ إِبۡرَٰهِيمَۚ إِنَّهُۥ كَانَ صِدِّيقٗا نَّبِيًّا ٤١ إِذۡ قَالَ لِأَبِيهِ يَٰٓأَبَتِ لِمَ تَعۡبُدُ مَا لَا يَسۡمَعُ وَلَا يُبۡصِرُ وَلَا يُغۡنِي عَنكَ شَيۡ‍ٔٗا ٤٢ يَٰٓأَبَتِ إِنِّي قَدۡ جَآءَنِي مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَمۡ يَأۡتِكَ فَٱتَّبِعۡنِيٓ أَهۡدِكَ صِرَٰطٗا سَوِيّٗا ٤٣ يَٰٓأَبَتِ لَا تَعۡبُدِ ٱلشَّيۡطَٰنَۖ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ كَانَ لِلرَّحۡمَٰنِ عَصِيّٗا ٤٤ يَٰٓأَبَتِ إِنِّيٓ أَخَافُ أَن يَمَسَّكَ عَذَابٞ مِّنَ ٱلرَّحۡمَٰنِ فَتَكُونَ لِلشَّيۡطَٰنِ وَلِيّٗا ٤٥
“Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al-Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi. Ingatlah ketika ia berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, mengapa engkau  menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolongmu sedikitpun?. Wahai ayahku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai ayahku, janganlah engkau menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Rabb yang Maha Pemurah. Wahai ayahku, sesungguhnya aku khawatir bahwa engkau akan ditimpa azab dari Tuhan yang Maha Pemurah, maka engkau menjadi kawan bagi setan". (Maryam: 41-45)
Demikian juga orang yang kuat tauhidnya, setelah dia mengetahui keutamaan tauhid dan sangat besarnya bahaya kesyirikan, dia akan senantiasa berdoa kepada Allah c agar diberikan keistiqamahan di atas tauhid dan dijauhkan dari kesyirikan. Karena yang bisa mengokohkan dia di atas tauhid dan menyelamatkan dia dari kesyirikan hanyalah Allah c. Nabi Ibrahim u berdoa kepada Allah c agar Allah menyelamatkan aqidahnya dari kesyirikan dan agar anak keturunannya juga diselamatkan dari kesyirikan. Allah c berfirman:
وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِيمُ رَبِّ ٱجۡعَلۡ هَٰذَا ٱلۡبَلَدَ ءَامِنٗا وَٱجۡنُبۡنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعۡبُدَ ٱلۡأَصۡنَامَ ٣٥ رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضۡلَلۡنَ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلنَّاسِۖ فَمَن تَبِعَنِي فَإِنَّهُۥ مِنِّيۖ وَمَنۡ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٣٦
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Rabbku, jadikanlah negeri Ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala. Ya Rabbku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan manusia, barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ibrahim: 35-36)
Pembaca yang semoga dirahmati Allah c, demikianlah sebagian sirah dan sejarah hidup Nabi Ibrahim u. Mudah-mudahan kita bisa mengambil ibrah (pelajaran) dari kisah Nabi Ibrahim u tersebut. Dan di antara faidah yang bisa kita ambil dari kisah-kisah tersebut adalah sebagai berikut:
[1] Merupakan kewajiban kita tunduk dan patuh kepada setiap perintah Allah c. [2] Orang yang benar tauhidnya akan mengutamakan kecintaannya kepada Allah c dari segala hal. [3] Tegas dalam menunjukkan keimanan, tidak seperti sebagian orang yang minder untuk menunjukkan keislamannya. [4] Tegas dalam memegang prinsip aqidah, berbeda dengan sebagian orang yang banyak basa-basi dengan orang-orang musyrikin dan orang-orang yang menyimpang. [5] Menegakkan cinta karena Allah dan benci karena Allah. [6] Orang yang benar tauhidnya akan merasakan lezatnya iman. [7] Berdakwah mengajak orang untuk bertauhid terutama mendakwahi keluarga dan karib kerabat. [8] Bahaya syirik. [9] Berdoa hanya kepada Allah c.

وَ اللهُ أَعْلَمُ وَ الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam