STAFF BULETIN AL-MANSHUROH - AMBON

Diterbitkan oleh: Yayasan Abu Bakr Ash-Shiddiq, BTN Kebun Cengkeh Blok.B14 No.20, Batu Merah - Ambon. Penasehat: Ust. Abdul Wahab Lumaela, Ust. Abdussalam, Ust. Abu Bakr, Ust. Saifullah, Ust. Shadiqun, Ust. Ismail. Pemimpin Usaha: Didi Dzulkifli, ST. Tim Khusus: Ir. Tris. M, Pemimpin Redaksi: Ibnu Shalih. Redaktur Pelaksana: Adam.Y. Sirkulasi: Yudi.A.H, Abu Khalid, Muadz. Sekretaris Umum: Isra Budi. Bendahara: Andi Ibrohim. Wakil Bendahara: Abu Azzam. Alamat Redaksi: Masjid Abu Bakr Ash-Shiddiq, Kampung Muhajirin (Belakang Perum DPRD). Rekomendasi Kanwil Dep. Agama Nomor: Kw.25.4/4/BA.00/635/2009


Minggu, 08 Mei 2011

48 _ BERSUCI (bag.1) _ Al-Ustadz Ismail -hafizhahullah-

Bersuci adalah perkara penting dan memiliki kaitan dengan ibadah shalat dan juga bersuci itu salah satu syarat dari syarat-syarat shalat.

Pengertian Bersuci

Bersuci ialah penggunaan alat yang menyucikan yaitu air atau tanah atau salah satu dari keduanya menurut cara yang ditetapkan oleh agama dalam menghilangkan atau menyucikan najis dan kotoran.

Alat Bersuci (Air)

Air adalah nama dzat atau benda cair yang meliputi yang sedikit dan yang banyak. Air berbeda macamnya ditinjau dari segi hukum agama, karena dalam hukum agama ada yang dilarang dan ada yang dibenci untuk dilakukan. Demikian pula apabila ditinjau dari sisi perbedaan, maka air itupun memiliki perbedaan. Diantaranya: air laut, air hujan, air sumur dan seterusnya.

Air Laut dan Hukumnya

Dalam sebuah hadits disebutkan:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ n فِي الْبَحْرِ هُوَ الطَهُوْرُ مَاؤُهُ وَ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ

Rasulullah n pernah bersabda tentang laut: “Laut itu suci dan halal bangkainya” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah t)

Berkata Az-Zarqani v: ‘Hadits ini adalah salah satu dasar dari dasar-dasar hukum Islam yang telah diterima oleh umat Islam” [Kitab Syarh Al-Muwaththa’ Malik]

Berkata Imam Malik v bahwa Abu Hurairah mengatakan: Datang seorang lelaki yang bernama Abdullah dari Bani Mudlij, dia datang kepada Rasulullah n kemudian berkata:

يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّا نَرْكَبُ الْبَحْرَ وَ نَحْمِلُ مَعَنَا الْقَلِيْلَ مِنَ الْمَاءِ فَإِنْ نَتَوَضَّأُ بِهِ عَطِشْنَا ، أَ فَنَتَوَضَّأُ بِهِ ؟ وَ فِي لَفْظِ أَبِي دَاوُدَ: بِمَاءِ الْبَحْرِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ r: هُوَ الطَهُوْرُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami berlayar di laut dan kami hanya membawa air sedikit, jika kami pergunakan air itu untuk berwudhu maka kami kehausan. Bolehkah kami berwudhu dengan air laut itu?”, lalu beliau menjawab: “Laut itu suci dan halal bangkai” [Kitab Muwaththa’]

Rasulullah n memberikan pengertian bahwa air laut itu suci lagi menyucikan dan tidak dapat menghilangkan kesuciannya oleh apapun. Hanya saja ada pengkhususannya sekiranya air/air laut yang sedikit dan banyak bila jatuh najis ke dalamnya sehingga mengubah rasa atu warna atau baunya, maka itu menjadi najis. Para ulama bersepakat bahwa hal itu sabagai bukti-bukti yang menunjukkan kenajisannya karena perubahan salah satu dari sifat-sifat tersebut.

Dalam hadits ini Rasulullah n tidak menjawab: “Ya”, padahal itulah yang dimaksudkan dalam pertanyaan itu, tetapi beliau menjawab dengan jawaban: “Laut  itu suci dan halal bangkainya” agar ada kaitan hukum dengan sebabnya, yaitu kesucian air laut yang terhindar dari najis dan kotoran.

Berkata Ibnul ‘Arabi v: “ Ini termasuk penjelasan yang paling baik dengan memberikan jawaban yang lebih dari pertanyaan”

Kemudian yang dimaksud dengan bangkai dalam hadits tersebut ialah sesuatu yang telah mati dari hewan laut yang hanya bisa hidup di dalam air laut itu, bukan hewan yang telah mati pada umumnya.

Air hujan, Air Sumur dan seterusnya

Air hujan juga dapat dijadikan sebagai alat untuk bersuci. Allah I berfirman:

وَأَنزلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا

“Dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih” (Al-Furqan: 48)

Setelah kita mengetahui jenis-jenis air sebagai alat bersuci, maka kita diarahkan untuk memahami tata cara bersuci dengan menggunakan air yang lebih kita kenal dengan berwudhu.

Berkata Al-Imam Muhammad Ibnu Ismail v: “Ketahuilah wudhu itu termasuk diantara syarat shalat yang paling penting” [Subulus Salam]

Allah I berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih), sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur” (Al-Maidah: 6)

KEUTAMAAN-KEUTAMAAN BERWUDHU

·     Wudhu merupakan sebab dicintainya seorang hamba oleh Allah I

Allah I berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri” (Al-Baqarah: 222)

Berkata Ibnu Jarir Ath-Thabari v: “Allah menyukai orang-orang yang taubat yaitu orang yang bertaubat dari dosanya, Allah menyukai orang-orang yang mensucikan diri yaitu orang yang mensucikan diri mereka dengan air ketika akan shalat” [Tafsir Ath-Thabari]

·     Berwudhu Adalah Nikmat Yang Besar

Allah I berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih), sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur” (Al-Maidah: 6)

Berkata Ibnu Jarir Ath-Thabari v: “Maksud dari ayat ini Allah hendak mensucikan kalian dengan apa yang telah Allah wajibkan atas kalian. Berwudhu untuk menghilangkan kotoran, mandi ketika kalian junub, dan bertayammum ketika tidak menjumpai air, maka Allah hendak membersihkan tubuh kalian dari dosa” [Tafsir Ath-Thabari]

·     Berwudhu Sebagian Dari Iman

Rasulullah n bersabda:

اَلطُّهُوْرُ شَطْرُ اْلإِيْمَانِ وَ الْحَمْدُ لِلّهِ تَمْلَأُ الْمِيْزَانِ وَ سُبْحَانَ اللهِ وَ الْحَمْدُ لِلّهِ تَمْلَآنِ أَوْ تَمْلَأُ مَا بَيْنَ السَّموَاتِ وَ اْلأَرْضِ وَ الصّلَاةُ نُوْرٌ وَ الصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَ الصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَ الْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوْبِقُهَا

“Membersihkan diri adalah sebagian dari iman, ucapan “Alhamdulillah” akan memperberat timbangan kebaikan (besar pahalanya), “Subhanallah Walhamdulillah” akan memenuhi ruang langit dan bumi, shalat akan menjadi cahaya, sedekah iti merupakan bukti, kesabaran itu merupakan sinar, dan Al-Qur’an itu merupaka hujjah (argumentasi) yang akan membelamu atau menuntutmu, setiap jiwa manusia melakukan perbuatan untuk menjual dirinya, maka sebagian mereka ada yang membebaskan dirinya (dari kehinaan) atau menghancurkan dirinya” (HR. Muslim dari Abu Malik Al-Asy’ari t)

Berkata Imam An-Nawawi v: “Ini merupakan hadits yang agung dan merupakan prinsip dari prinsip-prinsip Islam dan hadits ini telah mencakup seluruh kaidah-kaidah Islam” [Syarah Shahih Muslim]

·     Wudhu yang sempurna termasuk sebab seorang hamba mendapat ampunan dari Allah I

عَنْ حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ t دَعَا بِوَضُوْءٍ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَ اسْتَنْشَقَ وَ اسْتَنْثَرَ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ الْيُسْرَى مِثْلَ ذلِكَ ، ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ الْيُسْرَى مِثْلَ ذلِكَ، ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ r تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوْئِيْ هذَا وَ قَالَ: مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوْئِيْ هذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيْهِمَا نَفْسَهُ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Dari Humran pelayan Utsman Ibnu Affan t, dia berkata: “Sesungguhnya Utsman meminta air untuk berwudhu, lalu beliau mencuci kedua telapak tangannya tiga kali, lalu beliau berkumur, memasukkan air ke dalam hidungnya dan menghembuskannya keluar, lalu beliau mencuci wajahnya tiga kali, lalu beliau mencuci tangan kanannya termasuk sikunya tiga kali, lalu mencuci tangan kirinya termasuk sikunya seperti itu juga (tiga kali juga), lalu beliau mengusap kepalanya, lalu mencuci kaki kanannya termasuk mata kakinya tiga kali, lalu mencuci kaki kirinya termasuk mata kakinya seperti itu juga (tiga kali juga), kemudian beliau berkata: “Saya pernah melihat Rasulullah n berwudhu seperti cara saya berwudhu ini dan beliau bersabda: “Barangsiapa berwudhu seperti wudhuku ini lalu shalat dua rakaat dengan (khusyu) tidak menyibukkan hatinya pada dua rakaat itu, maka Allah akan menghapuskan dosanya yang telah lalu” (Muttafaqun ‘Alaih)

Berkata Al-Imam An-Nawawi v: “Maknanya yaitu menyempurnakan wudhu” [Syarah Shahih Muslim]
Semoga Allah menolong kami dan kalian dalam melaksanakan kebaikan. Amin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam