STAFF BULETIN AL-MANSHUROH - AMBON

Diterbitkan oleh: Yayasan Abu Bakr Ash-Shiddiq, BTN Kebun Cengkeh Blok.B14 No.20, Batu Merah - Ambon. Penasehat: Ust. Abdul Wahab Lumaela, Ust. Abdussalam, Ust. Abu Bakr, Ust. Saifullah, Ust. Shadiqun, Ust. Ismail. Pemimpin Usaha: Didi Dzulkifli, ST. Tim Khusus: Ir. Tris. M, Pemimpin Redaksi: Ibnu Shalih. Redaktur Pelaksana: Adam.Y. Sirkulasi: Yudi.A.H, Abu Khalid, Muadz. Sekretaris Umum: Isra Budi. Bendahara: Andi Ibrohim. Wakil Bendahara: Abu Azzam. Alamat Redaksi: Masjid Abu Bakr Ash-Shiddiq, Kampung Muhajirin (Belakang Perum DPRD). Rekomendasi Kanwil Dep. Agama Nomor: Kw.25.4/4/BA.00/635/2009


Rabu, 29 Desember 2010

34 _ WASPADA DARI BERBURUK SANGKA KEPADA ALLOH _ Ust Abdussalam -hafizhahullah-

Kaum muslimin yang semoga Allah merahmati kita semua, perkara yang terpenting dalam kehidupan kita adalah kesadaran yang tinggi dari hamba Allah untuk berprasangka baik kepada-Nya terhadap semua yang datang dari-Nya, sebab dengan baiknya persangkaan kepada Allah akan memudahkan diri hamba Allah untuk beribadah kepada-Nya yang menjadi tujuan dalam hidup. Namun sebaliknya bila seorang hamba berprasangka jelek kepada Tuhan-nya niscaya dirinya akan mendapatkan kesulitan dalam beribadah kepada-Nya, sebab
landasan ibadah itu harus didasarkan pada suatu keyakinan yang timbul dari prasangka baik kepada-Nya. Oleh karena itu bila dia berprasangka jelek kepada Allah niscaya dasar keyakinannya lemah bahkan bisa lenyap imannya, dengan demikian tidak ada dorongan dalam ibadah kepada-Nya.
Maka dari itu wajib bagi kaum muslimin untuk berbaik sangka kepada Allah dengan meyakini bahwa Allah telah menciptakan hamba-Nya dan Allah lebih menyayangi hamba-Nya daripada bapak dan ibu mereka sendiri bahkan dari diri mereka sendiri, sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang shahih:
 عَنِ ابْنِ الْمُنْكَدِرِ سَمِعَ أُمَيْمَةَ بِنْتَ رُقَيْقَةَ تَقُولُ بَايَعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ` فِى نِسْوَةٍ فَقَالَ لَنَا « فِيمَا اسْتَطَعْتُنَّ وَأَطَقْتُنَّ ». قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَرْحَمُ بِنَا مِنَّا بِأَنْفُسِنَا. قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ بَايِعْنَا.
Dari Ibnul Munkadir dia telah mendengar Umaimah bintu Ruqaiqah berkata: “Aku pernah berbaiat Rasulullah ` (janji setia untuk taat pada Allah dan Nabi-Nya) di kalangan kaum wanita, maka beliau bersabda kepada kami: “Sesuai dengan kemampuan kalian”, aku berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih menyayangi kita  daripada kita terhadap diri kita sendiri”. Aku berkata: “Wahai Rasulullah baiatlah kami !” (HR. Tirmidzi, dishahihkan Al-Albani)
Dan pengaruh dari  kasih sayang Allah kepada hamba-Nya sesuai dengan nama Allah Ar-Rahman yang terkandung sifat rahmat Allah yang luas, maka Allah telah mengutus para rasul dan telah menurunkan kitab dan telah menetapkan syariat-Nya, maka barangsiapa yang telah mentaati para Rasul berarti masuk jannah (surga) dengan rahmat-Nya dan barangsiapa yang mendurhakai mereka berarti masuk neraka dengan keadilan dan hikmah-Nya.
Oleh sebab itu wajib bagi setiap muslim untuk meyakini semua yang telah diberitakan oleh Allah dari nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya yang Maha Sempurna, dan membenarkan semua berita yang datang dari Allah bahwa Dialah yang telah melakukan semua yang terjadi pada makhluk-Nya dan semua yang telah dijanjikannya dalam mewujudkan semua yang benar dan melenyapkan semua hal yang batil.
Dan semua berbagai macam prasangka yang akan membatalkan semua ini berarti termasuk dari prasangka Jahiliyah yang akan meniadakan ketauhidan (keyakinan Allah semata yang berhak diibadahi) atau akan menghilangkan kesempurnaan tauhid.
Berprasangka buruk kepada Allah adalah perkara yang diharamkan dan termasuk dosa besar yang paling besar dan terkadang hal ini akan menyebabkan kehilangan kesempurnaan tauhid dan terkadang bisa juga mengeluarkan dari agama Islam, na’udzubillah.
Dan berprasangka jelek ini adalah termasuk sifat orang  kafir dan munafik, Allah k berfirman:
يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ هَلْ لَنَا مِنَ الأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ قُلْ إِنَّ الأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ
“Mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?". Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah" (Ali Imran: 154)
Dan Allah k berfirman:
وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ الظَّانِّينَ بِاللَّهِ ظَنَّ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلَعَنَهُمْ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
“Dan supaya Dia mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahanam. Dan (neraka Jahanam) itulah sejahat-jahat tempat kembali” (Al-Fath: 6)
Dan ayat yang tersebut di atas telah dijelaskan oleh para ulama, diantaranya Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab “Zaadul Ma’ad”, yang penjelasan beliau bisa kita simpulkan tentang bentuk berprasangka buruk kepada Allah:
[1] Berprasangka buruk kepada Allah yang akan menghilangkan ketauhidan dan akan mengeluarkan dari Islam, yaitu apabila berprasangka buruk kepada Allah dalam hal sifat Rububiyah Allah (keyakinan bahwa Dialah  semata yang telah mengatur dan menciptakan alam semesta ini), prasangka tersebut dalam bentuk bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatunya secara sia-sia tidak ada hikmah dan telah menentukan segala ketentuan takdir-Nya dengan batil dan main-main, dan ini adalah termasuk prasangka jahiliyah, sebagaimana yang telah difirmankan  oleh Allah k:
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka” (Shad: 27)
[2] Berprasangka buruk kepada Allah bahwa Allah tidak akan membangkitkan manusia pada hari kiamat.
[3] Berprasangka buruk kepada Allah bahwa Allah telah menjadikan diri-Nya ada  perantara selain Allah dalam beribadah dan pemberian syafa’at secara batil.
Maka barangsiapa yang menduga bahwa Allah tidak akan menolong Rasul-Nya, dan tidak akan menyempurnakan urusan agama-Nya, dan tidak akan menguatkan dan membantu beliau ` dan kelompoknya, dan tidak akan menjayakan dan memenangkan mereka dalam menghadapi musuh-musuhnya, dan bahwasannya Allah tidak akan menolong agama dan kitab-Nya, dan bahwasannya Allah akan memindahkan kekuasan kesyirikan atas ketauhidan dan mengkuasakan kebatilan diatas kebenaran dengan pengalihan kekuasaan yang eksis yang bersamaan dengan itu akan lenyap ketauhidan dan kebenaran dan tidak akan tegak setelah itu selama-lamanya, maka sungguh dia telah berprasangka buruk kepada Allah dan menisbatkan kepada Allah dengan suatu penisbatan yang menyelisihi sifat keagungan dan kesempurnaan dari sifat-sifat Allah, karena sesungguhnya dengan ke-Maha Sucian Allah dan kemuliaan-Nya serta kebijakan-Nya dan sifat Uluhiyah-Nya (Dialah yang berhak untuk diibadahi) telah menolak prasangka tersebut, dan Allah tidak mau untuk menghinakan kelompok-Nya dan pasukan-Nya, dan Dia juga tidak mau untuk ditolong dan dijayakan kemenangan yang tetap bagi musuh-musuh-Nya yang berbuat syirik kepada Allah, maka barang siapa yang berprasangka kepada Allah dengan seperti itu maka berarti dia belum mengenal Allah dan tidak mengetahui nama–Nya dan sifat-sifat-Nya yang sempurna.
Demikian pula orang yang mengingkari segala ketentuan yang terjadi dengan qadha-Nya, maka dia tidak mengenali-Nya dan tidak mengenal sifat Rububiyah-Nya, kekuasan-Nya dan kebesaran-Nya.
Demikian pula orang yang telah mengingkari segala ketentuan taqdir yang Allah tetapkan sesuai dengan ukurannya dan yang lainnya sesuai dengan hikmah yang jelas dan tujuan yang terpuji yang layak diri-Nya untuk dipuji dan dia menduga bahwa yang demikian itu timbul dari suatu kehendak tanpa ada hikmah dan tujuan yang dituntut yang lebih disukai oleh-Nya daripada terluputkannya semua itu, dan bahwasannya segala sebab yang tidak disukai oleh-Nya yang mengarah kepada hal itu tidaklah keluar ketentuan taqdir-Nya dari hikmah Allah. Karena segala ketentuan taqdir yang mengarah kepada hal yang disukai oleh Allah (secara kauni) meski itu adalah perkara yang tidak disukai-Nya maka Allah tidaklah menentukan segala taqdir-Nya dengan tanpa ada tujuan, dan tidaklah Allah menghendaki sesuatu dengan main-main dan tidaklah Allah menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Dan ini adalah termasuk prasangka jahiliyah, sebagaimana yang telah difirmankan  oleh Allah:
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka” (Shad: 27)
Dan kebanyakan manusia itu berprasangka buruk kepada Allah dengan tanpa adanya suatu kebenaran dalam perkara yang tertentu terhadap mereka dan dalam perkara apa yang telah Dia perbuat terhadap orang lain.
Dan Al-Imam Ibnul Qayyim selanjutnya berkata: “Dan tidak ada yang selamat dari prasangka buruk tersebut kecuali orang yang telah mengenal Allah dan nama-nama-Nya, dan sifat-sifat-Nya dan mengenal hal yang dituntut dari hikmah Allah dan segala yang terpuji”
Mudah-mudahan sedikit yang disampaikan bermanfaat. Wallahu a’lam bish-shawab..

وَ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam