STAFF BULETIN AL-MANSHUROH - AMBON

Diterbitkan oleh: Yayasan Abu Bakr Ash-Shiddiq, BTN Kebun Cengkeh Blok.B14 No.20, Batu Merah - Ambon. Penasehat: Ust. Abdul Wahab Lumaela, Ust. Abdussalam, Ust. Abu Bakr, Ust. Saifullah, Ust. Shadiqun, Ust. Ismail. Pemimpin Usaha: Didi Dzulkifli, ST. Tim Khusus: Ir. Tris. M, Pemimpin Redaksi: Ibnu Shalih. Redaktur Pelaksana: Adam.Y. Sirkulasi: Yudi.A.H, Abu Khalid, Muadz. Sekretaris Umum: Isra Budi. Bendahara: Andi Ibrohim. Wakil Bendahara: Abu Azzam. Alamat Redaksi: Masjid Abu Bakr Ash-Shiddiq, Kampung Muhajirin (Belakang Perum DPRD). Rekomendasi Kanwil Dep. Agama Nomor: Kw.25.4/4/BA.00/635/2009


Selasa, 28 Desember 2010

27 _ RUKUN-RUKUN IMAN (BERIMAN DENGAN NAMA-NAMA DAN SIFAT-SIFAT ALLOH) _ Ust Saifullah -hafizhahullah-

Allah telah menyatakan dalam Al-Qur’an bahwa Allah memiliki nama-nama yang baik. Begitu juga Rasul-Nya ` mengabarkan dalam hadits-haditsnya yang shahih bahwa Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang baik.
Allah berfirman:
وَلِلَّهِ الأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Hanya milik Allah Asmaa-ul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaa-ul Husna itu, dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya, nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan” (Al-A’raf: 180)
قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الأَسْمَاءُ الْحُسْنَى
“Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al-Asmaaul Husna (nama-nama yang terbaik)” (Al-Isra’: 110)
Dari Abu Hurairah z dari Nabi ` bersabda:
إِنَّ لِلّهِ تِسْعَةً وَ تِسْعِيْنَ اسْمًا مِائَةً إِلاَّ وَاحِدٌ مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Sungguh Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, barangsiapa menyebut-nyebutnya akan masuk surga” (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi ` bersabda:
أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ
“Ya Allah, aku meminta kepada-Mu dengan setiap nama-Mu yang Engkau namai diri-Mu dengan nama tersebut, atau Engkau turunkan nama tersebut dalam kitab-Mu, atau Engkau ajarkan nama tersebut kepada seseorang diantara makhluk-Mu, atau Engkau rahasiakan nama tersebut di ilmu ghaib di sisi-Mu ...” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Al-Hakim, dishahihkan Al-Albani)
Ayat-ayat dan hadits-hadits diatas menunjukkan bahwa Allah memiliki nama-nama yang paling baik dan jumlahnya tidak terbatas.
Adapun hadits yang kedua: “Sungguh Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama,...” hadits ini tidak menunjukkan pembatasan nama-nama Allah itu hanya sembilan puluh sembilan semata, tetapi merupakan pengkhususan dengan sifat barangsiapa menyebut-nyebut sembilan puluh sembilan nama-nama ini akan masuk jannah, karena sembilan puluh sembilan nama ini paling terkenal dan karena paling jelas makna-maknanya. Seperti demikian dikatakan oleh imam Al-Baihaqi dalam kitab “Al-Asma’ wash Shifat: 1/27”.
Berkata Syaikhul Islam sebagaimana disebutkan dalam “Majmu’ Fatawa: 6/380-382”: “Maka sungguh pendapat mayoritas kaum muslimin menyatakan bahwa nama-nama Allah lebih dari sembilan puluh sembilan. Mereka berkata: Diantara ulama yang menyatakan hal ini adalah Al-Khatthabi”
Setiap nama dari nama-nama Allah mengandung sifat-sifat yang baik, yang sempurna tidak ada padanya sifat kurang dari satu sisi pun, seperti sifat Al-Hayat (hidup), Al-‘Ilmu (mengetahui), Al-Qudrah (mampu), As-Sam’u (mendengar), Al-Bashar (melihat), Ar-Rahmah (kasih sayang), Al-‘Izzah (perkasa), Al-Hikmah (bijaksana), dan lain-lain.
Allah berfirman:
لِلَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ مَثَلُ السَّوْءِ وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الأَعْلَى وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat mempunyai sifat yang buruk, dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi, dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (An-Nahl: 60)
Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan perkataan “اَلْمَثَلُ اْلأَعْلَى” yakni sifat yang Maha Tinggi.
Sifat-sifat Allah tidak terbatas dengan jumlah tertentu.
Allah berfirman:
وَلَوْ أَنَّمَا فِي الأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Luqman: 27)
Pembagian sifat-sifat Allah
Sifat-sifat Allah terbagi atas dua bagian, yaitu sifat Tsubutiyah dan Salbiyah.
Sifat Tsubutiyah adalah: Apa-apa yang Allah tetapkan untuk diri-Nya dalam kitab-Nya atau melalui lisan Rasul-Nya, dan semuanya merupakan sifat yang sempurna, tidak ada padanya kekurangan sedikitpun. Seperti sifat Al-Hayat (hidup), Al’Ilmu (ilmu), Al-Qudrah (mampu), Al-Istiwa’ (beristiwa’), dan lain-lain. Maka wajib atas kita menetapkannya untuk Allah dengan sebenarnya sesuai dengan keagungan Allah.
Adapun sifat Salbiyah adalah: sifat-sifat yang Allah membuangnya dari diri-Nya di dalam kitab-Nya atau melalui lisan Rasul-Nya, dan semuanya merupakan sifat yang kurang (jelek) pada hak Allah. Seperti sifat mati, tidur, jahil, lupa, lemah, cape, dan lain-lain.
Maka kita menetapkan apa-apa yang Allah dan Rasul-Nya tetapkan dan kita membuang (menafikan) apa-apa yang Allah dan Rasul-Nya menafikannya.
Dalam kita mengimani sifat-sifat Allah kita harus menjauhi perkara-perkara yang dilarang, yaitu memisalkan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk dan menanyakan bagaimana hakekat sifat-sifat tersebut. Kita tidak boleh memisalkan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk, karena Allah berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Asy-Syura’: 11)
أَفَمَنْ يَخْلُقُ كَمَنْ لا يَخْلُقُ أَفَلا تَذَكَّرُونَ
“Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)?. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran” (An-Nahl: 17)
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia” (Al-Ikhlas: 4)
Dan kita tidak boleh menanyakan bagaimana hakekat sifat Allah, karena hakekat sifat Allah adalah ghaib, pengetahuan kita tidak mampu menjangkau-Nya, dan Allah juga Rasul-Nya tidak menjelaskan hakekat sifat tersebut.
Allah berfirman:
وَلا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا
“Dan ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya” (Thaha: 110)
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (Al-Isra’: 36)
Pada ayat ini Allah melarang kita mengikuti apa-apa yang kita tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, dan hakekat sifat-sifat Allah adalah perkara yang tidak dijelaskan oleh Allah dan Rasul-Nya, maka kita tidak boleh menyatakan behwa hakekat sifat Allah itu begini dan begitu.
Oleh karena ini Imam Malik berkata ketika ditanya tentang hakekat Istiwa’nya Allah diatas ‘Arsy-Nya:
َاْلاِسْتِوَاءُ غَيْرُ مَجْهُوْلٍ وَ الْكَيْفُ غَيْرُ مَعْقُوْلٍ وَ اْلإِيْمَانُ بِهِ وَاجِبٌ وَ السُّؤَالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ
“Makna Istiwa’ diketahui, hakekat Istiwa’ tidak diketahui, beriman dengan Istiwa’nya Allah adalah wajib, dan bertanya tentangnya adalah bid’ah”
Berkata Imam Ahmad: “Tidaklah Allah disifati kecuali dengan apa-apa yang Allah mensifati diri-Nya dengan sifat tersebut atau disifati oleh Rasul-Nya, janganlah melampaui Al-Qur’an dan Al-Hadits”
Ringkasnya, dalam kita mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah, kita menerima apa yang didatangkan oleh Allah dan Rasul-Nya tanpa memalingkan makna dan lafazhnya, tanpa menentangnya, tanpa memisalkannya dan tanpa mengingkarinya.
Allah mengancam orang-orang yang menyimpang atau mengingkari nama-nama dan sifat-sifat Allah dengan siksaan yang keras.
Allah berfirman:
وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya, nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan” (Al-A’raf: 180)
Semoga Allah memberikan manfaat dengan tulisan ini kepada penulisnya dan para pembacanya, amin.
Wallahu a’lamu bish shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam