Segala puji bagi Allah k yang telah menjadikan kehidupan kita ini penuh dengan makna dan hikmah .
Allah k telah berfirman:
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Ali Imran: 191)
Dan Allah k berfirman:
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Al-Mu’minun: 115)
Dan Allah k berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (Adz-Dzariyat: 56)
Inilah hakekat makna kehidupan yang sebenarnya, yaitu untuk beribadah kepada Allah saja .
Dan Allah k dengan rahmat-Nya telah banyak memberikan fasilitas hidup di dunia kepada hamba-Nya agar mereka merasa tentram dan tenang dalam melaksanakan ibadah kepada Allah untuk kepentingan akheratnya disamping manfaat yang bisa diambil untuk maslahat hidup di dunia, Allah k berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (Al-Qashash: 77)
Dan diantara fasilitas dunia yang paling utama yang menjadi modal dasar bagi hamba Allah dalam beribadah adalah nikmat kesehatan dan waktu luang, meskipun sebagaian besar umat tertipu daya dengan dua nikmat tersebut, sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu Abbas c berkata: Rasulullah ` bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: اَلصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua nikmat yang tertipu daya kebanyakan manusia yaitu nikmat kesehatan dan waktu luang” ( HR. Bukhari)
Dan Rasulullah ` mengabarkan kepada umatnya akan dua hal nikmat tersebut, hal ini dimaksudkan untuk memperingatkan mereka agar tidak menyia-nyiakan dua nikmat tersebut untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, terlebih dipakai untuk hal yang maksiat kepada Allah k.
Beliau ` mengingatkan nikmat tersebut agar bisa digunakannya sesuai dengan jalan yang diridhai oleh Allah k, terkhusus dengan nikmat waktu luang yang telah banyak memberikan peluang untuk beramal, sebagaimana banyak ditunjukkan oleh beberapa dalil baik dari Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Maka seorang mukmin yang cerdas adalah mereka yang pandai dalam memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, sebagaimana yang telah dinasehatkan oleh Rasulullah ` kepada sahabatnya:
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَصِحَّتَكَ قَبْلَ مَرَضِكَ وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ
“Manfaatkan kesempatan waktu dengan baik akan 5 hal sebelum datangnya 5 hal yang lain: 1. Waktu mudamu sebelum datang masa tuamu, 2. Waktu sehatmu sebelum datang masa sakitmu, 3. Masa hidupmu sebelum datang kematianmu, 4. Masa kecukupanmu sebelum datang masa kefaqiranmu, 5. Waktu luangmu sebelum datang masa kesibukanmu” (HR. Al-Hakim, lihat Shahih Al-Jami’)
Imam Ibnul Qayyim telah berkata terkait dengan nilai waktu yang lebih berharga dari emas:
ضَيَاعُ الْوَقْتِ أَشَدُّ مِنَ الْمَوْتِ ِلأَنَّ الْمَوْتَ يَقْطَعُكَ عَنِ الدُّنْيَا وَضَيَاعَ الْوَقْتِ يَقْطَعُكَ عَنِ اللهِ
“Sesungguhnya terbuangnya waktu dengan sia-sia itu lebih berat dirasakan daripada kematian, sebab kematian itu akan memutuskan dirimu dari keduniaan, akan tetapi tersia-siakannya waktu akan memutuskan engkau dari ketaatan kepada Allah”.
Imam Hasan Bashri pernah mengingatkan tentang waktu :
"Setiap hari matahari terbit maka hari tersebut berucap seraya menyeru: “Saya adalah hari yang baru, dan terhadap amalanmu aku menjadi saksi. Oleh sebab itu, ambillah kesempatan dariku dengan amal shalih, dan aku tidak akan kembali sampai hari kiamat".
Dan beliaupun pernah mengatakan :
“Wahai anak manusia, engkau hanyalah beberapa nafas yang kamu hembuskan, dan beberapa waktu yang kamu gunakan, maka bila nafasmu sudah pergi dan harimu meninggalkan kamu maka sungguh telah pergi sebagianmu, dan tidak lama lagi hilangnya sebagian akan lenyap pula seluruh bagianmu !”
Oleh sebab itu, bersemangatlah untuk menjadikan keluarnya nafasmu di dunia ini dengan melakukan suatu amal yang bisa memberikan manfaat dalam kehidupan dunia.
Imam Ibnul Qayyim berkata:
“Dan setiap nafas dan peluh yang keluar di dunia ini, yang telah digunakan dalam suatu amal yang tidak mencerminkan ketaatan kepada Allah dan tidak memberikan faedah dalam kehidupan di dunianya, niscaya hal ini akan keluar dan akan menjadi penyesalan di hari kiamat”
Begitulah nasehat Rasulullah ` kepada umatnya dan nasehat para pendahulu yang shalih, sebab jika tidak dinasehatkan dengan hal yang demikian niscaya banyak umat ini yang akan tertipu daya dengan waktu tersebut, sebagaimana yang telah diterangkan dalam hadits sebelum ini.
Terlebih bila keadaan waktu sudah mengalami perubahan dengan bertambahnya hari, bulan dan tahun yang ternyata lebih buruk keadaannya dari yang sebelumnya, sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits yang shahih:
عَنْ الزُّبَيْرِ بْنِ عَدِيٍّ قَالَ أَتَيْنَا أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ فَشَكَوْنَا إِلَيْهِ مَا نَلْقَى مِنْ الْحَجَّاجِ فَقَالَ اصْبِرُوا فَإِنَّهُ لاَ يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلاَّ الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ سَمِعْتُهُ مِنْ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Az-Zubair bin Adi telah berkata: “Aku telah mendatangi Anas bin Malik, lalu kami mengadukan kepada beliau apa yang telah kami temui dari perlakuan Al-Hajjaj (pemimpin muslim yang zhalim), maka Anas berkata: “Bersabarlah kalian, sesungguhnya tidaklah datang suatu masa kepada kalian kecuali masa sesudahnya lebih buruk dari yang sebelumnya, sampai kalian berjumpa dengan Rabb kalian, hal ini saya mendengarnya dari nabi kalian `” (HR. Bukhari).
Dan telah diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud z beliau berkata:
"Tidaklah saya maksudkan dengan hadits diatas bahwa hal ini adalah tentang kelapangan dalam mencari mata pencaharian, dan bukan pula tentang harta yang telah memberikan faedah padanya, akan tetapi yang dimaksudkan adalah tidak akan datang kepada kalian tentang suatu hari kecuali keadaan di hari itu lebih sedikit ilmu agamanya dari hari yang sebelumnya. Jika telah pergi para ulama maka keadaan manusia kedudukannya sama jahilnya, mereka tidak memerintahkan kepada yang ma’ruf dan tidak melarang dari hal yang mungkar, maka disaat itulah manusia akan celaka”
Dalam keterangan yang lain beliau berkata:
“Tidaklah saya maksudkan disini bahwa seorang amir (pemimpin) yang lebih baik dari pemimpin, dan tahun yang lebih baik dari tahun, akan tetapi yang saya maksudkan adalah para ulama kalian dan para ahli agama kalian yang telah pergi kemudian kalian tidak mendapatkan generasi pengganti, dan akan datang suatu kaum yang mereka berfatwa dengan akal fikiran mereka”
Demikianlah kenyataan perubahan masa yang telah diterangkan oleh Rasulullah ` dan sahabatnya .
Allah k telah menerangkan tentang perputaran waktu yang silih berganti:
وَتِلْكَ الأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ
“Dan itulah beberapa hari yang Kami pergilirkan perputaran hari diantara manusia” (Ali Imran: 140)
Hal ini dimaksudkan agar mereka mendapat pelajaran seiring dengan bertambahnya tahun dan umur seseorang.
Sahabat Ali bin Abi Thalib z pernah berkata:
ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً وَارْتَحَلَتِ اْلآخِرَةُ مُقْبِلَةً وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ اْلآخِرَةِ وَلاَ تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَاب وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلٌ
“Dan sungguh dunia berpindah akan meninggalkan, dan sungguh akherat berpindah akan mendatangi, dan masing- masing keduanya memiliki anak-anak yang akan menghuninya, maka menjadilah kalian termasuk dari anak-anak akherat dan jangan menjadi anak-anak dunia, karena sesungguhnya sekarang adalah beramal dan tidak ada perhitungan, dan besok adalah adalah perhitungan dan tidak ada beramal”
Dan yang terpenting yang perlu untuk diingatkan bagi kaum muslimin adalah bagaimana dapat mewujudkan suatu sifat yang Rasulullah ` pernah menyampaikan dalam sabdanya seiring dengan bertambahnya tahun dan umur seseorang, sebagaimana yang telah disebutkan dalam riwayat yang shahih:
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِخِيَارِكُمْ ؟ خِيَارُكُمْ أَطْوَلُكُمْ أَعْمَارًا إِذَا سَدَّدُوْا
“Maukah akan aku tunjukkan kepada kalian tentang orang yang terbaik diantara kalian? Orang yang paling baik diantara kalian adalah yang paling panjang umurnya bila jalan yang ditempuh dalam amalan ibadahnya lurus (sesuai dengan petunjuk nabi)” (HR. Abu Ya’la dalam musnadnya, dishahihkan Al-Albani)
Dan dalam hadits Tirmidzi dengan sanad yang shahih disebutkan:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ قَالَ فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ
Dari Abdurahman bin Abi Bakrah dari bapaknya bahwa seseorang telah bertanya: “Ya Rasulullah, manusia manakah yang paling baik ?”, beliau berkata: “Yaitu orang yang panjang umurnya dan baik amalannya”. Dia bertanya lagi: “Siapakah manusia yang paling jelek ?”, beliau berkata: “Orang yang panjang umurnya dan buruk amalannya”.
Dan untuk mengakhiri tulisan kami maka kita perhatikan perkataan Syaikh Muhammad Al-Imam (ulama besar Yaman) dalam menasehati tentang pentingnya memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya:
"Dari sini diketahui akan kebutuhan kita yang sangat dalam memelihara waktu, dan kita bisa menjaga waktu dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Agar diketahui tentang nilai waktu yang sangat berharga yaitu umur kita.
2. Wajib atas kita untuk mengetahui bahwa Allah telah membagi amal shalih atas seluruh anggota badanmu, bila engkau ingin menjaga waktumu maka sibukkanlah anggota badanmu dengan hal yang sesuai dengan hikmah penciptaannya, yaitu untuk beribadah kepada Allah dengan menjalankan semua yang diperintahkan dan menjauhi larangan.
3. Mengambil kesempatan untuk beramal diwaktu yang menyenangkan, seperti saat diberi kesehatan. Karena hal ini termasuk faktor yang paling besar dalam usaha untuk mencari keberhasilan diwaktu yang menyulitkan. Rasulullah ` bersabda: “Kenalillah Allah dalam keadaan yang menyenangkan niscaya Allah akan mengenali kamu dalam keadaan yang menyusahkan”.
4. Lebih mengutamakan perkara akherat daripada dunia.
5. Berhati-hati dalam menunda suatu amal yang tidak ada udzur syar’i.
6. Bergaul dengan orang-orang yang memliki semangat dalam beramal shalih.
Dan perlu diketahui oleh hamba Allah bahwa kebaikan urusan agama kita ini tidak akan jadi baik kecuali dengan kebaikan yang ada pada kaum pendahulu kita yang shalih (yaitu Rasulullah ` , para sahabatnya, Tabi’in dan pengikut Tabi’in yang mengikuti mereka dengan cara yang baik) sebagaimana yang telah dikatakan oleh Imam Malik.
Wallahu a’lamu bish shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam