Mengimani rukun-rukun iman yang enam dan juga mengamalkannya merupakan perkara yang wajib atas seorang muslim. Allah dan Rasul-Nya banyak menjelaskan di dalam Al-Qur’an dan hadits-haditsnya yang shahih akan keharusan seorang muslim beriman dengan apa-apa yang Allah wajibkan untuk mengimaninya. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا بَعِيدًا
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya” (An-Nisa’: 136)
فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنْزَلْنَا وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Qur’an) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (At-Taghabun: 8)
Rasulullah ` ketika ditanya oleh malaikat Jibril tentang Al-Iman maka Rasulullah ` menjelaskan: “Iman itu adalah engkau beriman dengan Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan beriman dengan takdir Allah yang baik dan yang jeleknya” (HR. Muslim)
Banyak orang menyatakan beriman, bahkan hafal rukun-rukun iman yang enam. Tetapi bersamaan dengan itu pula mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang membatalkan keimanan mereka. Semisal mereka menyatakan beriman dengan kitab-kitab Allah tetapi mereka mendustakan petunjuk-petunjuk yang ada dalam kitab-kitab tersebut. Mereka menyatakan beriman dengan rasul-rasul Allah tetapi mereka melecehkan sunnah-sunnah rasul tersebut, bahkan mereka membuat syariat yang baru dengan keyakinan bahwa itu lebih afdhal, dan seterusnya.
Hal ini dikarenakan mereka tidak mengerti bagaimana seharusnya sikap orang yang telah menyatakan dirinya beriman.
Beriman dengan Allah
Dalam kita beriman dengan Allah harus meliputi empat perkara:
1- Beriman dengan wujud Allah
2- Beriman dengan Rububiyyah Allah
3- Beriman dengan Uluhiyyah Allah
4- Beriman dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah
Beriman dengan wujud Allah
Yaitu kita meyakini bahwa Allah itu ada. Dan dalil yang menunjukkan hal ini adalah Fitrah manusia, akal, Al-Qur’an dan kitab-kitab terdahulu, juga perasaan.
Adapun fitrah, maka sesungguhnya setiap makhluk telah diciptakan diatas fitrah, yaitu mengimani terhadap yang menciptakannya, tanpa harus berfikir dahulu atau belajar. Dan tidaklah berpaling dari hal yang dituntut oleh fitrah ini kecuali orang yang telah dijajah hatinya dan dipengaruhi oleh perkara-perkara yang akan memalingkannya. Rasulullah ` bersabda:
مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Tidaklah seseorang dilahirkan kecuali dilahirkan diatas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia menjadi yahudi, atau nashrani, atau majusi” (HR. Bukhari dan Muslim).
Adapun akal, maka sesungguhnya makhluk-makhluk ini, yang terdahulu maupun yang akan datang pasti ada yang menciptakan untuk mengadakannya, karena tidak mungkin makhluk itu bisa menciptakan dirinya sendiri dan tidak mungkin ada secara kebetulan.
Adapun Al-Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya sungguh menyatakan akan hal ini. Dan apa-apa yang ada dalam kitab-kitab tersebut berupa hukum-hukum yang mengandung kebaikan-kebaikan bagi makhluk, ini menunjukkan bahwa kitab-kitab tersebut datang dari Rabb Yang Maha Bijaksana, yang mengetahui terhadap kebaikan-kebaikan untuk makhluk-Nya. Dan apa-apa yang dikhabarkan oleh kitab-kitab tersebut tentang kejadian-kejadian di alam ini, yang disaksikan sesuai dengan kenyataan, ini menunjukkan bahwa kitab-kitab tersebut datang dari Rabb Yang Maha Mampu untuk mengadakan berita-berita tersebut.
Adapun perasaan, sungguh kita mendengar dan menyaksikan dikabulkannya doa orang-orang yang berdoa kepada Allah, hal ini menunjukkan dengan pasti adanya Allah. Allah berfriman:
وَنُوحًا إِذْ نَادَى مِنْ قَبْلُ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ
“Dan (ingatlah kisah) Nuh sebelum itu, ketika dia berdoa dan Kami memperkenankan doanya” (Al-Anbiya’: 76)
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ
“(ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu" (Al-Anfal: 9)
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Anas bin Malik z berkata: “Bahwasannya orang gunung memasuki masjid Nabi ` pada hari Jum’at, pada saat itu Nabi ` sedang berkhutbah. Orang gunung tersebut berkata: “Ya Rasulullah, telah hancur harta, telah kelaparan keluarga, berdoalah kepada Allah untuk kami !”, kemudian Nabi ` mengangkat kedua tangannya dan berdoa (meminta hujan). Maka mulailah muncul awan semisal gunung, belumlah Nabi ` turun dari mimbar sehingga aku melihat hujan telah turun”.
Demikian juga adanya mu’jizat-mu’jizat para nabi, yang orang-orang menyaksikannya atau mendengarnya, ini merupakan dalil yang pasti atas adanya yang mengutus para nabi tersebut.
Beriman dengan Rububiyyah Allah
Yakni mengimani bahwa hanya Allah-lah yang mencipta makhluk, mengatur dan menguasainya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah berfirman:
أَلا لَهُ الْخَلْقُ وَالأَمْرُ
“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah” (Al-A’raf: 54)
ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ
“Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari” (Fathir: 13)
Dan tidaklah diketahui seorangpun yang mengingkari Rububiyyah Allah kecuali orang yang sombong dan tidak yakin dengan apa yang dia ucapkannya, seperti yang dilakukan oleh Fir’aun ketika berkata kepada kaumnya:
أَنَا رَبُّكُمُ الأَعْلَى
“Akulah Tuhanmu yang paling tinggi" (An-Nazi’at: 24)
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي
"Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku” (Al-Qashash: 38)
Namun Allah mengkhabarkan tentang keyakinan Fir’aun yang sebenarnya, dalam firman-Nya:
وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا
“Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya” (An-Naml: 14)
قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنْزَلَ هَؤُلاءِ إِلا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ بَصَائِرَ وَإِنِّي لأَظُنُّكَ يَا فِرْعَوْنُ مَثْبُورًا
“Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mu’jizat-mu’jizat itu kecuali Tuhan yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata. Dan Sesungguhnya aku mengira kamu hai Fir'aun seorang yang akan binasa" (Al-Isra’: 102)
Oleh karena ini orang-orang musyrik mengakui akan Rububiyyah Allah, namun bersamaan dengan itu mereka mempersekutukan Allah dalam masalah ibadah. Allah berfirman:
قُلْ لِمَنِ الأَرْضُ وَمَنْ فِيهَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلا تَذَكَّرُونَ قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ
“Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui ?", mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah", katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?". Katakanlah: "Siapakah yang mempunyai langit yang tujuh dan yang mempunyai 'Arsy yang besar ?", mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah", katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa ?". Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui ?", mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah", katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu tertipu ?" (Al-Mu’minun: 84-89)
Beriman dengan Uluhiyyah Allah
Yakni mengimani hanya Allah-lah yang berhak diibadahi, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah berfirman:
وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (Al-Baqarah: 163)
Sehingga setiap yang diibadahi selain Allah maka peribadahannya tidak benar. Allah berfirman:
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar” (Al-Hajj: 62)
Beriman dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah
Yakni dengan menetapkan apa-apa yang Allah tetapkan untuk diri-Nya dalam kitab-Nya atau dalam sunnah Rasul-Nya berupa nama-nama dan sifat-sifat yang sesuai dengan keagungan Allah, tanpa memalingkan, menentang, membagaimanakan, dan tanpa memisalkan. Allah berfirman:
وَلِلَّهِ الأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Hanya milik Allah Asmaa-ul Husna (nama-nama yang indah), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaa-ul Husna itu, dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya, nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan” (Al-A’raf: 180).
(Insya Allah bersambung..)
Wallahu a’lamu bish shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam