Tafsir Surat Al-Hajj: 32
Allah k berfirman:
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
“Demikianlah, dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati”
Berkata Al-Hafizh Ibnu Katsir –rahimahullah-: “Barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah” yaitu perintah-perintahNya. “maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati”, termasuk hal tersebut adalah pengagungan hewan sesembelihan dan unta (kepada Allah).
Berkata Syaikh As-Sa’di –rahimahullah- dalam tafsirnya: “Yaitu: Demikian yang telah Kami sebutkan kepada kalian adalah termasuk dari pengagungan kehormatan-kehormatanNya dan syi’ar-syi’arNya. Maksud daripada syi’ar-syi’ar adalah tanda-tanda keagamaan yang nampak, diantaranya adalah manasik haji seluruhnya sebagaimana Allah k berfirman:
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ
"Sesungguhnya Shafaa dan Marwah adalah termasuk syi’ar-syi'ar Allah” (Al-Baqarah: 158)
Dan diantara syi’ar-syi’ar itu adalah pengagungan hewan sesembelihan ketika haji dan kurban kepada Allah. Dan telah berlalu bahwa makna “mengagungkan” yaitu memuliakannya, melaksanakannya dan menyempurnakannya sesuai dengan kesanggupan seorang hamba. Dan termasuk pengagungan hewan sesembelihan adalah dengan memilih yang baik dan gemuk, serta hendaknya sempurna dari segala sisi. Maka perkara mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah itu timbul dari ketaqwaan hati. Sehingga orang yang mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah benar-benar membuktikan atas ketaqwaannya dan kebenaran imannya, karena mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah adalah hasil dari pengagungan kepada Allah dan pemuliaan kepada-Nya”
Dari penjelasan para ulama diatas maka kita semua mengerti dan memahami bahwa orang-orang yang mengagungkan tanda-tanda agama, perintah-perintah Allah k dan syariat-syariatNya pada hakikatnya adalah orang-orang yang mengagungkan dan memuliakan Allah k. Orang-orang yang shalat, puasa, zakat, haji, memakmurkan masjid dengan membaca Al-Qur’an atau mempelajari ilmu agama di dalamnya, memuliakan Al-Qur’an dan apa-apa yang di dalamnya ada tulisan ayat Al-Qur’an seperti buku-buku agama dan yang lainnya adalah orang-orang yang memuliakan agama Islam ini. Mereka adalah orang-orang yang mengagungkan Allah k. Sehingga kita pun bisa menyadari salahnya perkataan orang-orang yang ketika diajak atau diperintah untuk mengerjakan shalat lalu dia berkata: “Saya tidak shalat tidak mengapa karena yang penting hati saya suci”, subhanallah..! Betapa jauhnya pemahaman orang ini dengan apa yang Allah jelaskan dalam Al-Qur’an. Kalau memang seseorang itu suci hatinya, benar hatinya, maka dia akan melaksanakan perintah-perintah Allah k. Perbuatan-perbuatan dari anggota badan adalah menunjukkan apa yang ada di dalam hati. Apabila baik hati seseorang maka akan baik pula perbuatan-perbuatan anggota badannya, sebagaimana Rasululah ` bersabda dalam hadits sahabat Nu’man bin Basyir z:
أَلاَ وَ إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَ إِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، أَلاَ وَ هِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah bahwasannya dalam tubuh itu terdapat segumpal daging, apabila baik daging itu maka akan baik pula seluruh tubuh itu, dan apabila jelek daging itu maka akan jelek pula seluruh tubuh itu. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati” (HR. Bukhari dan Muslim).
Para pembaca yang semoga dirahmati Allah k, dari ayat dan hadits diatas kita bisa mengetahui bahwa perkara hati adalah perkara yang penting. Baiknya hati akan mengakibatkan baiknya seluruh amalan, dan sebaliknya jeleknya hati akan membawa kepada jeleknya seluruh amalan. Sehingga dikatakan oleh sebagian salaf bahwa hati adalah raja dan anggota tubuh adalah rakyatnya. Apabila hati memerintahkan kebaikan maka akan baik lisan dan anggota tubuhnya, demikian pula sebaliknya. Seseorang akan menjaga lisannya dari perkara-perkara yang jelek yang bisa menjerumuskan dia ke dalam api neraka. Apabila hatinya baik maka dia memuliakan Allah, Rasul-Nya dan agama Islam ini dengan lisannya. Dia menjaga lisannya untuk tidak menjadikan Allah, Rasul-Nya dan agama-Nya sebagai bahan olok-olokan dan bahan percandaan, walaupun itu bukan karena kesengajaan, walau hanya sekedar bermain-main saja. Allah k berfirman:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman” (At-Taubah: 65-66).
Sebab turunnya ayat ini adalah ketika beberapa orang dalam perjalanan menuju perang Tabuk sedang beristirahat, kemudian berkata salah seorang dari mereka: “Aku tidak melihat orang-orang yang paling buncit perutnya, paling bohong lisannya dan paling penakut ketika bertemu musuh kecuali mereka pembaca-pembaca Al-Qur’an itu” yang dimaksud adalah Rasulullah ` dan para sahabatnya. Maka seorang sahabat Anshar yang bernama Auf bin Malik z berkata kepadanya: “Engkau pendusta, akan tetapi engkaulah yang munafiq, aku akan adukan kepada Rasulullah `”. Sebelum sampai berita ini kepada Rasulullah ` wahyu dari Allah telah mendahuluinya (yaitu ayat ini). Datang orang yang berbicara ini kepada Rasulullah ` dan berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami hanya bermain-main saja, kami hanya jadikan sebagai obrolan dalam perjalanan saja”, sambil terus bergelantungan pada onta Rasulullah ` . Akan tetapi Rasulullah ` tidak menengoknya dan terus berjalan sambil membaca ayat yang mulia ini (Hadits shahih, dishahihkan oleh Syaikh Muqbil).
Demikianlah para pembaca yang semoga Allah merahmati kita semua, seseorang yang tidak mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah dengan mengolok-olok agama ini walaupun sekedar bermain-main saja, telah dikafirkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Betapa bahayanya perkara ini..!. Lebih memilukan ketika kita mendapatkan pada zaman ini kaum muslimin yang tidak mengetahui permasalahan yang berbahaya ini. Kita dapatkan banyaknya olok-olokan terhadap agama ini, olok-olokan terhadap syi’ar-syi’ar Islam, olok-olokan terhadap surga dan neraka, wal’iyadzu billah..!. Kita dapatkan banyaknya ceramah-ceramah agama dengan membuat lelucon-lelucon dari ayat-ayat Al-Qur’an atau dari syi’ar-syi’ar agama ini hanya sekedar ingin membuat tertawa pendengarnya dan diterima dakwahnya, na’udzubillah mindzalik..!. Kita sangat mengkhawatirkan terhadap diri-diri kita sendiri dan juga kaum muslimin tentang bahayanya perkara ini. Banyaknya musibah yang terjadi pada negeri kita ini mungkin juga disebabkan karena perkara ini dan jauhnya kaum muslimin dari ilmu Allah yang benar. Sudah sepantasnya kita untuk bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan kembali ke jalan Allah yang sebenarnya.
Kemudian dalam kesempatan ini pula penulis mengingatkan kepada kaum muslimin para pembaca buletin ini agar menjaga dan menyimpan buletin ini dengan baik, sebagaimana himbauan di bagian paling bawah akhir halaman buletin ini, karena di dalamnya terdapat ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits. Karena termasuk pengagungan syi’ar Allah adalah dengan tidak menghinakan Al-Qur’an dan apa-apa yang di dalamnya terdapat ayat Al-Qur’an seperti buletin ini. Jika tidak berkehendak untuk menyimpannya dengan baik maka lebih baik ditaruh kembali di masjid setelah dibaca sebagai simpanan masjid untuk dibaca oleh yang lainnya daripada tercecer di jalan dan bahkan dijadikan mainan anak-anak.
Mudah-mudahan himbauan ini bisa menjadi introspeksi bagi kita semua yang mana kita telah mengetahui bahayanya perkara penghinaan terhadap syi’ar-syi’ar Allah. Kami ucapkan Jazaakumullah khairan atas perhatian kaum muslimin seluruhnya para pembaca buletin ini. Semoga Allah k senantiasa menjaga kita semua dan negeri ini dari musibah dan bencana. Dan semoga Allah senantiasa membimbing kita diatas jalan yang lurus, jalan yang diridhai dan dicintai oleh-Nya. Amin..
وَ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam