STAFF BULETIN AL-MANSHUROH - AMBON

Diterbitkan oleh: Yayasan Abu Bakr Ash-Shiddiq, BTN Kebun Cengkeh Blok.B14 No.20, Batu Merah - Ambon. Penasehat: Ust. Abdul Wahab Lumaela, Ust. Abdussalam, Ust. Abu Bakr, Ust. Saifullah, Ust. Shadiqun, Ust. Ismail. Pemimpin Usaha: Didi Dzulkifli, ST. Tim Khusus: Ir. Tris. M, Pemimpin Redaksi: Ibnu Shalih. Redaktur Pelaksana: Adam.Y. Sirkulasi: Yudi.A.H, Abu Khalid, Muadz. Sekretaris Umum: Isra Budi. Bendahara: Andi Ibrohim. Wakil Bendahara: Abu Azzam. Alamat Redaksi: Masjid Abu Bakr Ash-Shiddiq, Kampung Muhajirin (Belakang Perum DPRD). Rekomendasi Kanwil Dep. Agama Nomor: Kw.25.4/4/BA.00/635/2009


Senin, 27 Desember 2010

20 _ DOSA MEMBAWA MALAPETAKA UMAT _ Ust Abdussalam -hafizhahullah-

Setiap diantara kita pasti sudah mengetahui bahwa Allah k itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, bahkan Allah k lebih sayang pada diri kita daripada kita terhadap diri kita sendiri, sebagaimana perkataan shahabiyah yang telah didengar oleh Rasulullah `:
عَنْ ابْنِ الْمُنْكَدِرِ سَمِعَ أُمَيْمَةَ بِنْتَ رُقَيْقَةَ تَقُولُ بَايَعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نِسْوَةٍ فَقَالَ لَنَا فِيمَا اسْتَطَعْتُنَّ وَأَطَقْتُنَّ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَرْحَمُ بِنَا مِنَّا بِأَنْفُسِنَا
Dari Ibnul Munkadir dia telah mendengar Umaimah binti Ruqaiqah telah berkata: “Aku telah membaiat (ikatan janji setia) pada Rasulullah  ` dari kalangan wanita”, lalu beliau berkata kepada kami: “Menurut kemampuan kalian”, aku berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih sayang pada kami daripada kami terhadap diri kami sendiri”. (HR. Tirmidzi, dishahihkan Al-Albani)
Akan tetapi hendaknya kita harus memahami bahwa  sunnatullah secara kauni itu tidak pernah mengalami perubahan, dan segala kejadian alam  yang terjadi secara alami  ini sebenarnya telah dikendalikan oleh Allah Al-Aziz dan Al-Hakim. Oleh karena itu terkadang sebagian perkara yang seorang hamba telah terjatuh dalam hal tersebut akan menjadi penyebab diturunkannya malapetaka. Dan sungguh Allah itu sangat cemburu ketika batasan syariat agama–Nya telah banyak dilanggar oleh manusia, sebagaimana telah disebutkan dalam hadits yang shahih riwayat Bukhari dan Muslim:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يَغَارُ وَإِنَّ الْمُؤْمِنَ يَغَارُ وَغَيْرَةُ اللَّهِ أَنْ يَأْتِيَ الْمُؤْمِنُ مَا حَرَّمَ عَلَيْهِ. و في رواية مسلم: الْمُؤْمِنُ يَغَارُ وَاللَّهُ أَشَدُّ غَيْرًا
Dari Abu Hurairah z berkata: Bersabda Rasulullah ` : “Sesungguhnya Allah itu cemburu dan seorang mukmin itu juga cemburu, dan Allah itu cemburu disaat seorang hamba mukmin berbuat maksiat”. Dalam riwayat Muslim: “Seorang mukmin cemburu dan Allah lebih sangat cemburu”.
Meskipun Allah telah tersifatkan dengan cemburu yang sesuai dengan keagungan-Nya namun rahmat Allah telah mendahului kemarahan-Nya, sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Muslim:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِي كِتَابِهِ فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ إِنَّ رَحْمَتِي تَغْلِبُ غَضَبِي
Dari Abu Hurairah z bahwa Nabi ` bersabda: “Tatkala Allah menciptakan makhluk-Nya Allah telah menetapkan dalam kitab-Nya yang ada disisi-Nya dan Dia Allah diatas Arsy-Nya: “Sesungguhnya rahmat-Ku telah mengalahkan kemarahan-Ku”.
Maka dengan rahmat–Nya Allah telah memberikan petunjuk kepada hamba-Nya tentang agama yang benar dan membimbing mereka untuk mentauhidkan Allah dan mengikuti segala yang telah diperintahkan-Nya. Maka barangsiapa yang taat kepada–Nya niscaya mereka akan mendapatkan kebahagiaan dan barang siapa yang menyelisihi perintah-Nya maka dia telah berusaha untuk melakukan sebab datangnya kemarahan Alllah dan malapetaka, dan disaat itu maka seorang hamba tidak boleh mencela siapapun kecuali pada dirinya sendiri. Allah berfirman dalam ayat-Nya yang mulia:
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, (Maksudnya: kelaparan dan ketakutan itu meliputi mereka seperti halnya pakaian meliputi tubuh mereka) disebabkan apa yang selalu mereka perbuat”. (An-Nahl: 112)
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنَ الْقُرُونِ مِنْ بَعْدِ نُوحٍ وَكَفَى بِرَبِّكَ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan” (Al-Isra’: 16-17)
وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنَ الْقُرُونِ مِنْ بَعْدِ نُوحٍ وَكَفَى بِرَبِّكَ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Ar-Rum: 41)
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (Asy-Syura: 30)
Dan telah disebutkan dalam beberapa hadits, diantaranya:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ أَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمْ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمْ الَّذِينَ مَضَوْا وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنْ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ
Dari Abdullah bin Umar c berkata: “Rasulullah ` pernah menghadap kepada kami lalu beliau bersabda: “Wahai sekalian Muhajirin ! ada 5 perkara bila kalian diuji dengannya dan aku berlindung kepada Allah dari kalian menjumpai hal tersebut. 1. Tidaklah nampak suatu kekejian pada suatu kaum sama sekali sampai mereka mempropagandakannya kecuali akan tersebar dikalangan mereka penyakit wabah tha’un dan berbagai macam penyakit yang belum pernah dialami oleh orang-orang yang terdahulu. 2. Dan tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan kecuali akan diberi tindakan sangsi hukuman dengan berbagai malapetaka kekeringan, kesusahan hidup yang berat dan kezhaliman seorang pemimpin yang menguasai mereka. 3. Dan tidaklah mereka menahan untuk dikeluarkan zakat hartanya kecuali akan terhalangi mereka dari turunnya hujan dari langit, dan seandainya tidak ada hewan ternak niscaya mereka tidak akan diturunkan hujan. 4. Dan tidaklah mereka membatalkan perjanjian Allah dan Rasul-Nya kecuali Allah akan kuasakan musuhnya dari selain mereka  untuk menguasai mereka lalu musuh akan mengambil semua yang ada pada mereka (secara zhalim). 5. Dan tidaklah ketika pemimpin mereka enggan berhukum dengan kitab Allah dan tidak memilih dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah kecuali Allah akan jadikan mereka saling bersengketa diantara mereka”. (HR. Ibnu Majah, dishahihkan Al-Albani)
Dan mungkin ada seorang bertanya yang timbul dari kebodohan mereka, karena pertanyaan tersebut membawa kepada sikap meremehkan dosa maksiat, sebagaimana penulis dapati komentar pengamat kejadian berbagai macam musibah, gempa Tsunami dan lain-lain di Indonesia baru-baru ini dengan menyatakan bahwa: “Kejadian gempa itu alami saja, tidak ada sangkut pautnya dengan perbuatan kita, kita bisa berbuat apa saja yang kita mau, buktinya banyak dari berbagai macam Negara yang rakyatnya banyak berbuat maksiat tapi aman-aman saja…?!”.
Maka kita jawab: Terkadang Allah k bersabar, yakni tidak segera menurunkan hukuman atas pelanggaran seorang hamba terhadap syariat-Nya, hal ini sesuai dengan hikmah yang hanya diketahui oleh-Nya, sebagaimana telah disebutkan dalam hadits shahih riwayat Bukhari:
عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَحَدٌ أَصْبَرُ عَلَى أَذًى سَمِعَهُ مِنْ اللَّهِ يَدَّعُونَ لَهُ الْوَلَدَ ثُمَّ يُعَافِيهِمْ وَيَرْزُقُهُمْ
Dari Abi Musa Al-Asy’ari c berkata: bersabda Nabi ` : “Tidak ada seorangpun yang lebih bersabar atas gangguan yang telah didengarkannya daripada Allah, mereka telah mengaku bahwa Allah punya anak kemudian Dia memaafkan mereka dan memberikan rizqi kepada mereka”.
Namun terkadang hal ini dimaksudkan untuk Istidraj (ditangguhkan hukumannya agar mereka terus bergelimang dalam maksiat) sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah k :
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لا يَعْلَمُونَ
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui”. (Al-A’raf: 182)
Wallahu alam bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam