STAFF BULETIN AL-MANSHUROH - AMBON

Diterbitkan oleh: Yayasan Abu Bakr Ash-Shiddiq, BTN Kebun Cengkeh Blok.B14 No.20, Batu Merah - Ambon. Penasehat: Ust. Abdul Wahab Lumaela, Ust. Abdussalam, Ust. Abu Bakr, Ust. Saifullah, Ust. Shadiqun, Ust. Ismail. Pemimpin Usaha: Didi Dzulkifli, ST. Tim Khusus: Ir. Tris. M, Pemimpin Redaksi: Ibnu Shalih. Redaktur Pelaksana: Adam.Y. Sirkulasi: Yudi.A.H, Abu Khalid, Muadz. Sekretaris Umum: Isra Budi. Bendahara: Andi Ibrohim. Wakil Bendahara: Abu Azzam. Alamat Redaksi: Masjid Abu Bakr Ash-Shiddiq, Kampung Muhajirin (Belakang Perum DPRD). Rekomendasi Kanwil Dep. Agama Nomor: Kw.25.4/4/BA.00/635/2009


Senin, 27 Desember 2010

17 _ CINTA KARENA ALLAH, BENCI KARENA ALLAH

Pentingnya Al-Wala’ wal Bara’ dalam Islam
Termasuk salah satu tali ikatan iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah. Al-Wala’ (kecintaan / keberpihakan) yang sesungguhnya hanyalah diperuntukkan kepada Allah k, Rasul-Nya dan orang-orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Sementara sebaliknya Al-Bara’ (kebencian / berlepas diri) yang sesungguhnya adalah kepada musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya sebagai bentuk perwujudan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya. Inilah kewajiban seorang muslim dalam agamanya, yang mana perkara ini merupakan salah satu pokok dari aqidahnya dan bahkan termasuk ikatan iman yang terkuat, sebagaimana dalam hadits Ibnu Abbas c Rasulullah r bersabda:
أَوْثَقُ عَرَى اْلإِيْمَانِ الْحُبُّ فِي اللهِ وَ الْبُغْضُ فِي اللهِ
“Tali ikatan iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah” (HR. Hakim, dihasankan Al-Albani)

Demikianlah seorang muslim diperintahkan, sebagaimana hal tersebut merupakan tauladan dari Nabi Ibrahim u yang kita diperintahkan untuk mengikutinya, sebagaimana Allah k berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia, ketika mereka Berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu, dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja” (Al-Mumtahanah: 4)
Demikian pula hal tersebut adalah agama Nabi kita Muhammad ` yang kita juga diperintahkan untuk mencontoh beliau `. Allah k berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الإيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim” (At-Taubah: 23)
لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka” (Al-Mujadilah: 22)
Banyak di kalangan kaum muslimin saat ini yang tidak mengetahui perkara pokok yang penting ini sehingga mereka terjerumus kepada penyelisihan syariat yang berbahaya bagi agamanya. Mereka tidak mengetahui cara menempatkan kecintaan dan kebencian yang sebenarnya dan tidak mengetahui siapa sebenarnya yang harus dijadikan teman dan lawan. Mereka tidak mengetahui siapa yang harus dicontoh, diteladani dan dicintai. Ini adalah perkara yang besar !, Rasululah ` bersabda:
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Engkau bersama dengan orang yang engkau cintai pada hari kiamat” (HR. Bukhari).
Sehingga dalam riwayat Bukhari disebutkan bahwa salah seorang sahabat mulia Anas bin Malik z demikian senang dengan hadits ini, karena beliau menyatakan bahwa beliau mencintai Rasulullah ` dan juga beliau mencintai sahabat Abu Bakr z dan juga sahabat Umar z walaupun beliau tidak bisa beramal seperti amalan mereka yang tinggi, akan tetapi dengan hadits ini beliau berharap agar dikumpulkan bersama mereka nanti hari kiamat di surga Allah k karena kecintaan beliau kepada mereka.  Subhanallah ! sungguh pemahaman yang dalam dan cermat dari sahabat Anas bin Malik z ini. Sehingga kita sangat mengkhawatirkan diri-diri kita kalau ternyata kita salah menempatkan kecintaan yang sebenarnya, seperti –na’udzubillah-  mencintai musuh-musuh Allah dari orang-orang kafir, orang-orang terkenal mereka dari kalangan artis, penyanyi, olah ragawan seperti para pemain sepak bola atau yang lainnya. Kemudian kaum muslimin mencontoh, meniru dan membanggakan akhlak, kebiasaan, tingkah laku, gaya dan cara hidup mereka. Sehingga pada akhirnya mereka sudah tidak mengenal lagi tuntunan, cara hidup, akhlak yang benar dari agamanya, yang dicontohkan oleh Rasulullah `. Inilah musibah besar yang kita saksikan pada masa sekarang ini –Wallahul Musta’an-.
Bentuk-bentuk kecintaan / kecenderungan kepada orang-orang kafir
Dalam akhir tulisan ini kita akan jelaskan beberapa bentuk kecintaan kepada orang-orang kafir yang kita berharap agar kita bisa menghindarinya, sebagaimana hal tersebut dijelaskan oleh seorang ahlul ilmi yakni Syaikh Shalih Fauzan –hafizhahullah- yang beliau adalah anggota perkumpulan ulama besar di Saudi Arabia, dan ini adalah ringkasan dari ceramah beliau –hafizhahullah-. Diantara bentuk kecintaan kepada orang kafir yaitu:
1- Menyerupai orang kafir pada pakaian, perkataan dan lainnya. Dikarenakan penyerupaan menunjukkan kecintaan pada yang dicontoh, sebagaimana Rasulullah ` bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR. Abu Dawud, shahih).
Diharamkan menyerupai orang kafir pada perkara-perkara kekhususan mereka seperti adat kebiasaan, cara ibadah, cara hidup, akhlak mereka, seperti memotong jenggot, memanjangkan kumis, berbicara dengan bahasa mereka tanpa ada kebutuhan, cara berpakaian mereka, cara makan, minum dan sebagainya.
2- Tinggal di negara mereka dan tidak pindah ke negara kaum muslimin dalam rangka menyelamatkan agamanya. Hal ini dikecualikan bagi orang-orang lemah yang tidak mampu pindah. Allah k berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الأرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” (An-Nisa: 97)
3- Bepergian ke negeri mereka dengan tujuan sekedar rekreasi dan menyenangkan hati.
4- Menolong mereka terhadap kaum muslimin, memuji dan membela mereka. Hal ini termasuk salah satu pembatal keislaman –na’udzubillah mindzalik-.
5- Menjadikan mereka sebagai teman dekat dan kepercayaan. Allah k berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لا يَأْلُونَكُمْ خَبَالا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ * هَا أَنْتُمْ أُولاءِ تُحِبُّونَهُمْ وَلا يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتَابِ كُلِّهِ وَإِذَا لَقُوكُمْ قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الأنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ * إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata "Kami beriman", dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan” (Ali Imran: 118-120)
6- Memakai penanggalan mereka, khususnya penanggalan yang menunjukkan hari besar mereka seperti penanggalan Miladi / Masehi. Penanggalan ini adalah lambang untuk mengingatkan kelahiran Al-Masih  Isa u yang bukan bagian dari agama Nabi Isa u. Sehingga pada zaman Umar z para sahabat menjadikan penanggalan sendiri khusus untuk kaum muslimin yang kita kenal sekarang dengan penanggalan Hijriah, menggantikan penanggalan Masehi.
7- Menghadiri acara-acara besar keagamaan mereka dan membantunya dan mengucapkan selamat padanya. Termasuk diantara tafsir firman Allah k:
وَالَّذِينَ لا يَشْهَدُونَ الزُّورَ
“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu” (Al-Furqan: 72)
Yaitu bahwa hamba-hamba Allah adalah orang-orang yang tidak menghadiri acara-acara besar (‘id / hari raya) orang-orang kafir.
8- Memuji dan menyanjung kecanggihan teknologi mereka yang modern tanpa melihat keyakinan dan agama mereka yang batil. Allah k berfirman:
وَلا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى
“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami berikan cobaan mereka dengannya. Dan karunia Rabb kamu adalah lebih baik dan lebih kekal” (Thaha: 131)
9- Memberi nama dengan nama-nama mereka.
10- Memohonkan ampunan dan rahmat bagi mereka. Allah k berfirman:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
“Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam” (At-Taubah: 113)
11- Meminta bantuan mereka untuk pekerjaan dan peperangan. Hal ini dengan perincian, selama pekerjaan itu tidak menguasai kaum muslimin dan bisa menguasai rahasia-rahasia kaum muslimin maka diperbolehkan seperti pembangunan gedung, perbaikan jalan dan semisalnya. Adapun pada peperangan maka diperbolehkan dalam keadaan darurat saja.
Inilah beberapa bentuk kecintaan kepada orang kafir yang dijelaskan oleh ahlul ilmi. Semoga Allah k memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua untuk bisa menghindarinya dan menjadikan Allah k, Rasul-Nya dan agama-Nya sebagai kecintaan kita yang sesungguhnya. Wallahu a’lamu bish shawab.
وَ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ سَلَّمَ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam