STAFF BULETIN AL-MANSHUROH - AMBON

Diterbitkan oleh: Yayasan Abu Bakr Ash-Shiddiq, BTN Kebun Cengkeh Blok.B14 No.20, Batu Merah - Ambon. Penasehat: Ust. Abdul Wahab Lumaela, Ust. Abdussalam, Ust. Abu Bakr, Ust. Saifullah, Ust. Shadiqun, Ust. Ismail. Pemimpin Usaha: Didi Dzulkifli, ST. Tim Khusus: Ir. Tris. M, Pemimpin Redaksi: Ibnu Shalih. Redaktur Pelaksana: Adam.Y. Sirkulasi: Yudi.A.H, Abu Khalid, Muadz. Sekretaris Umum: Isra Budi. Bendahara: Andi Ibrohim. Wakil Bendahara: Abu Azzam. Alamat Redaksi: Masjid Abu Bakr Ash-Shiddiq, Kampung Muhajirin (Belakang Perum DPRD). Rekomendasi Kanwil Dep. Agama Nomor: Kw.25.4/4/BA.00/635/2009


Rabu, 29 Desember 2010

33 _ SEBAB-SEBAB BERMANFAAT UNTUK MERAIH KEHIDUPAN YANG BAHAGIA _ Ust Abu Bakr -hafizhahullah-

Kelapangan hati dan keluasan jiwa serta kebahagiaannya, hilangnya kesedihan dan kegundah gulanaan adalah hal yang diharapkan oleh setiap manusia. Karena dengan terwujudnya hal inilah maka tercapailah kebahagiaan hidup. Di sana ada sebab-sebab untuk memperolehnya, baik itu sebab diniyah (agama) atau sebab thabi’iyah (alami) dan juga sebab amaliyah (praktek), yang tidaklah terkumpul semua sebab-sebab ini seluruhnya kecuali pada diri seorang mukmin. Adapun selain mukmin,
bagaimanapun juga orang-orang berakal mereka berusaha mencari sebab-sebab ini, mereka hanyalah mendapatkan sebagian saja dan terlewatkan sisi yang lainnya, dan kebahagiaan yang mereka dapatkan itupun semu sifatnya sementara belaka. Adapun mukmin, tercapainya kebahagiaan mereka itu lebih bermanfaat, lebih baik keadaannya, baik untuk kehidupan dunianya sekarang dan yang akan datang di akhirat.
Dalam tulisan kali ini, insya Allah k kita akan paparkan sebab-sebab tersebut, yang mana tulisan ini adalah ringkasan dari kitab kecil yang besar manfaatnya, yang dikarang oleh seorang ulama besar Saudi Arabia Asy-Syaikh Abdurrahman Nashir As-Sa’di –rahimahullah-.
[1] Sebab yang paling besar dan merupakan dasar serta pondasinya adalah beriman kepada Allah k dan beramal shalih. Allah k berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (An-Nahl: 97)
Maka Allah k mengabarkan dan menjanjikan bagi orang yang menggabungkan antara keimanan dan amal shalih dengan kehidupan yang bahagia di dunia ini dan balasan yang baik di dunia ini dan juga di akhirat kelak. Rasulullah ` bersabda:
عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلُّهُ خَيْرٌ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَ إِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَ لَيْسَ ذلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ
“Menakjubkan urusan seorang mukmin, karena semua urusannya adalah baik. Apabila mendapatkan nikmat dia bersyukur maka itu baik baginya, dan apabila ditimpa musibah dia bersabar dan itu baik baginya, dan tidaklah hal itu terjadi pada diri seseorang kecuali pada diri seorang mukmin” (HR. Muslim)
Rasulullah ` mengabarkan bahwa seorang mukmin akan senantiasa bertambah kebaikannya dan pahalanya serta hasil amalannya pada setiap keadaan hidupnya, baik itu kesenangan ataupun juga itu adalah musibah atau sesuatu yang tidak disukainya.
[2] Termasuk sebab yang bisa menghilangkan kesedihan dan kegundah gulanaan adalah berbuat baik kepada makhluk, baik itu berupa perkataan dan perbuatan dari berbagai jenis kebaikan lainnya. Allah k berfirman:
لا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar” (An-Nisa’: 114)
Allah k mengabarkan bahwa semua perkara ini adalah baik semuanya, dan kebaikan akan mendatangkan kebaikan serta menolak kejelekan, dan Allah k akan membalas dengan balasan yang besar. Dan termasuk balasan tersebut adalah hilangnya kesedihan dan kegundah gulanaan.
[3] Termasuk sebabnya adalah dengan seseorang menyibukkan diri pada sesuatu kegiatan dan ilmu yang bermanfaat sehingga dengannya terlupakan sebab yang membuat gundah hatinya.
[4] Memusatkan fikiran semuanya dan bersungguh-sungguh dengan kegiatan hari ini dan memutuskan perhatian (tidak menghiraukan) pada sesuatu yang akan datang (yang belum terjadi) dan melupakan kesedihan (apa yang terlewatkan olehnya) pada masa yang telah lampau (yang sudah terjadi). Sehingga seseorang menjadi orang yang bersungguh-sungguh untuk mengisi dan memperbaiki hari yang sedang dijalaninya.
[5] Memperbanyak dzikir kepada Allah k. Allah k berfirman:
أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram” (Ar-Ra’d: 28)
[6] Mengakui nikmat-nikmat Allah k, sehingga membuat seseorang senantiasa bersyukur kepada Allah k bagaimanapun keadaan dirinya.
[7] Mengamalkan hadits Rasulullah ` , yang mana beliau ` bersabda:
اُنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنْكُمْ وَ لاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ
“Lihatlah kepada orang yang di bawah kalian dan jangan melihat orang yang di atas kalian, karena hal itu lebih tepat agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah atas kalian” (HR. Bukhari dan Muslim)
[8] Berusaha untuk menghilangkan sebab-sebab yang mendatangkan kesusahannya tersebut, dan mendatangkan sebab yang membuatnya gembira, yaitu dengan melupakan apa yang telah terjadi yang tidak mungkin kembali dan meyakini bahwa menyibukkan fikiran dengan hal tersebut akan sia-sia belaka dan itu merupakan kebodohan dan kegilaan.
[9] Untuk mengatasi kekhawatiran pada hal-hal yang akan datang, berdoa dengan doa yang diajarkan Rasulullah ` :
اَللّهُمَ أَصْلِحْ لِي دِيْنِيَ الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَ أَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيْهَا مَعَاشِي وَ أَصْلِحْ لِي آخِرَتِيَ الَّتِي إِلَيْهَا مَعَادِي وَ اجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ
“Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku yang menjadi penjagaan keadaanku, dan perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku, dan perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku, dan jadikanlah hidup ini sebagai tambahan bagiku dalam semua kebaikan, dan jadikanlah kematian itu sebagai peristirahatan bagiku dari semua kejelekan” (HR. Muslim)
Dan juga doa beliau ` :
اَللّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ وَ أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ
“Ya Allah, aku berharap rahmat-Mu, jangan Engkau serahkan aku pada diriku sendiri (dalam menjalani hidup ini) walapun sekejap mata saja. Dan perbaikilah untukku semua keadaanku, tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) kecuai Engkau (ya Allah)” (HR. Abu Dawud, dishahihkan Al-Albani)
[10] Apabila datang musibah padanya maka dia berusaha menguranginya dengan cara mengukur akibat terburuk pada musibah itu kemudian mempersiapkan dirinya untuk menghadapinya sambil berusaha mengurangi sedikit demi sedikit apa yang mungkin untuk dikurangi sesuai dengan kemampuannya. Dengan persiapan ini dan usaha yang bermanfaat ini akan menghilangkan kesedihan dan kegundah gulanaannya, tentu saja semua ini disertai dengan kuatnya tawakkal kepada Allah k dan persangkaan baik pada-Nya.
[11] Kuatnya hati dan jiwa sehingga tidak terpengaruh dengan khayalan-khayalan fikirannya yang mendatangkan fikiran jelek. Kapan saja seseorang menerima khayalan-khayalan jelek tadi maka akan mempengaruhi dirinya.
[12] Kuatnya tawakkal dan kepercayaan yang baik kepada Allah k.
[13] Mengamalkan hadits Rasulullah ` :
لاَ يَفْرُكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا خُلُقًا آخَرَ
“Jangan mencela seorang mukmin kepada istrinya, karena apabila ia membenci sebagian sifatnya maka ia akan ridha dengan sifat yang lainnya” (HR. Muslim)
Hadits ini sangat bermanfaat sekali pada pergaulan kita, apakah itu istri, anak, keluarga dekat atau teman kerja kita, maka kita tidak terlalu memikirkan kekurangan pada mereka yang tidak kita sukai, yang mana setiap manusia pasti memiliki kekurangan sehingga terjalinnya kecintaan dan pergaulan yang baik.
[14] Orang yang berakal menyadari bahwa kehidupan dia di dunia adalah singkat sekali, sehingga dia tidak ingin terus menerus menyibukkan dirinya dalam kesedihan dan kegundah gulanaan, yang mana hal tersebut bukanlah kehidupan yang benar, dan menjaga waktunya dengan hal yang bermanfaat dan tidak ingin hilang waktunya hanya untuk kesedihan dan kekhawatiran.
[15] Membandingkan nikmat Allah k yang dia dapatkan pada dunia dan akhiratnya apabila datang hal yang dibencinya, dan menjadi jelas bahwa nikmat Allah k tersebut senantiasa lebih banyak padanya daripada musibah yang menimpanya.
[16] Tidak terpengaruh dengan ucapan jelek manusia kepadanya dan meyakini bahwa ucapan itu akan mempengaruhinya apabila dia menyibukkan dengannya, sementara apabila dia tidak mempedulikannya maka ucapan-ucapan tersebut tidak berarti apa-apa baginya.
[17] Menyadari bahwa hidupnya mengikuti jalan fikirannya, fikirannya mengendalikan hidupnya, apabila dia memikirkan hal yang bermanfaat maka hidupnya akan bahagia, kalau tidak maka dia akan mendapatkan kebalikannya.
[18] Tidak meminta terima kasih atau balasan kecuali hanya kepada Allah k semata, sehingga kita tidak merasa sedih apabila orang yang kita berbuat baik kepadanya ternyata berbuat jelek kepada kita, apakah itu keluarga, anak, istri atau teman kita. Allah k berfirman:
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلا شُكُورًا
“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih” (Al-Insan: 9)
[19] Jadikan perkara yang bermanfaat di hadapanmu dan berusaha untuk mewujudkannya, dan jangan menengok kepada perkara yang jelek dan menyibukkan dengannya, sehingga membuat kita berkonsentrasi dengan pekerjaan-pekerjaan yang penting yang bisa dikerjakan.
[20] Tidak menunda-nunda pekerjaan pada saat sekarang sehingga lapang pada waktu mendatang, karena pekerjaan apabila ditunda-tunda dan menjadi menumpuk akan semakin sulit untuk diselesaikan sehingga menyebabkan pikiran padanya.
[21] Memilih amalan-amalan yang paling penting untuk dilakukan kemudian yang berikutnya, karena ketika hati sedang condong untuk melakukannya akan membuat senang dan semangat dalam melakukannya, kalau tidak maka akan menyebabkan kemalasan dan kebosanan.
Inilah nasehat-nasehat berharga dari seorang ulama rabbani, yang mana lebih berharga dari emas dan permata bagi mereka yang benar-benar merenunginya dan menginginkan keridhaan Allah k. Semoga Allah k menjadikan nasehat-nasehat ini bermanfaat bagi kita semua, orang yang membaca dan mengamalkannya untuk dunia dan akhiratnya. Wallahu a’lam bish-shawab.
وَ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam