STAFF BULETIN AL-MANSHUROH - AMBON

Diterbitkan oleh: Yayasan Abu Bakr Ash-Shiddiq, BTN Kebun Cengkeh Blok.B14 No.20, Batu Merah - Ambon. Penasehat: Ust. Abdul Wahab Lumaela, Ust. Abdussalam, Ust. Abu Bakr, Ust. Saifullah, Ust. Shadiqun, Ust. Ismail. Pemimpin Usaha: Didi Dzulkifli, ST. Tim Khusus: Ir. Tris. M, Pemimpin Redaksi: Ibnu Shalih. Redaktur Pelaksana: Adam.Y. Sirkulasi: Yudi.A.H, Abu Khalid, Muadz. Sekretaris Umum: Isra Budi. Bendahara: Andi Ibrohim. Wakil Bendahara: Abu Azzam. Alamat Redaksi: Masjid Abu Bakr Ash-Shiddiq, Kampung Muhajirin (Belakang Perum DPRD). Rekomendasi Kanwil Dep. Agama Nomor: Kw.25.4/4/BA.00/635/2009


Sabtu, 25 Desember 2010

01 _ ARTI SEBUAH KEMULIAAN _ Ust Abu Bakr -hafizhahullah-

Kemuliaan adalah sesuatu yang dicari dan diidam-idamkan oleh seluruh manusia. Berbagai cara dan upaya mereka kerahkan untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Waktu, tenaga, pikiran bahkan harta mereka habiskan dan curahkan untuk memperoleh hal yang mereka idam-idamkan tersebut. Lalu, apa sesungguhnya kemuliaan itu..? Kemuliaan seperti apa yang menyebabkan pemiliknya benar-benar akan menjadi seperti yang diharapkannya..? Berbagai pemikiran dan persangkaan menyimpulkan masing-masing arti kemuliaan tersebut. Diantara mereka beranggapan bahwa kedudukan dan status sosial di mata masyarakat adalah sebuah kemuliaan. Sebagian mereka lagi menyimpulkan bahwa kekayaan adalah tolok ukur utama dalam kemuliaan. Pendapat yang lain menyatakan bahwa dengan banyaknya anak dan keturunan adalah sebuah kemuliaan. Yang lain dari mereka menyatakan bahwa banyaknya pengikut adalah simbol dari kemuliaan. Semua berusaha untuk menyimpulkannya dengan pendapatnya masing-masing. Namun  disayangkan, pendapat-pendapat tersebut tidak didasarkannya pada ilmu dan sumber yang benar, sehingga semua itu hanyalah sebuah persangkaan semata, yang menghasilkan kelelahan serta keletihan, tanpa ada hasil yang nyata.
            Allah U sebagai pencipta manusia, pengatur alam semesta, Dia-lah yang membuat syariat, aturan-aturan untuk hamba-hamba-Nya, sesembahan yang berhak disembah satu-satunya, telah menegaskan dan menjelaskan tentang hal ini dalam kitab-Nya yang mulia:
وَ لِلّهِ الْعِزَّةُ وَ لِرَسُوْلِهِ وَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ لكِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ لاَ يَعْلَمُوْنَ
"Dan kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui". (Al-Munafiqun: 8)

Bahwa kemuliaan itu hanyalah milik Allah U semata, dan Allah U yang memberikan kemuliaan itu kepada Rasul-Nya dan juga kepada hamba-hamba-Nya yang beriman yang Dia kehendaki, sebagaimana Allah U berfirman:
"Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah mempunyai karunia yang besar". (Al-Jumu'ah: 4)

Yang mana ayat ini adalah bantahan Allah U kepada orang-orang munafik yang beranggapan bahwa mereka adalah orang-orang yang mulia, dalam keadaan mereka tidak mengerti arti kemuliaan tersebut.
            Kalau kita telah mengetahui bahwa kemuliaan itu hanyalah milik Allah U dan juga milik Rasul-Nya r, maka kita pun akan mencari tahu akan hakikat kemuliaan itu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allah U. Demikian pula kita pun akan bisa mengetahui betapa jauhnya pendapat-pendapat di atas dari kebenaran karena ternyata bertentangan dengan kehendak Allah U, bahkan Allah U sendiri yang  telah membantah pendapat-pendapat tersebut dalam kitab-Nya yang mulia. Allah U berfirman:
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (Al-Hujurat: 13)

Kemuliaan tidaklah dilihat dari suku, ras, bangsa ataupun jenis tertentu. Kemuliaan yang hakiki adalah kemuliaan di sisi Allah U, bukan di sisi makhluk-Nya. Sebesar apapun kemuliaan yang dianggap manusia di sisi manusia itu sendiri, tidak ada artinya tanpa ketaqwaan kepada Allah U . Dan sebaliknya pula, walaupun jauh seseorang dari anggapan mulia di mata manusia, tetapi dengan kekuatan taqwa kepada Allah U, maka dialah sesungguhnya orang yang mendapatkan kemuliaan hakiki. Jika tidak, maka keletihan dan kelelahan belaka yang didapatkan, semua itu bagaikan fatamorgana semata. Allah U berfirman:
"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan". (Al-Furqan: 23)

"Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?", Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya". (Al-Kahfi: 103-104)

Allah U telah membantah seluruh persangkaan-persangkaan manusia tersebut. Allah U berfirman:
تِلْكَ الدَّارُ اْلآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِيْنَ لاَ يُرِيْدُوْنَ عُلُوًّا فِي اْلأَرْضِ وَ لاَ فَسَادًا وَ الْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ
"Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik)  itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa". (Al-Qashash: 83)

Bahwa negeri akhirat diperuntukkan bagi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah U, bukan bagi orang-orang yang menginginkan ketinggian di mata manusia, popularitas dan sebagainya, yang pada hakikatnya itu semua adalah kesenangan dunia. Allah U berfirman:

"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabb-mu serta lebih baik untuk menjadi harapan". (Al-Kahfi: 46)

يَوْمَ لاَ يَنْفَعُ مَالٌ وَّ لاَ بَنُوْنَ إِلاَّ مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ
"(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih" .(Asy-Syu'ara': 88 - 89)

"Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah jahannam, dan jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya. (Ali 'Imran: 196 – 197)

Dari ayat-ayat yang mulia ini kita bisa mengetahui bahwa harta semata tidaklah bermanfaat bagi pemiliknya apabila tidak disertai dengan amalan-amalan shalih, ketaqwaan serta hati yang selamat, sebab semua itulah yang lebih menentukan pada hari kiamat kelak.
            Dan Allah U mencerca orang-orang kafir yang mereka tidak beriman kepada Allah U dalam keadaan mereka sukses di negeri-negeri mereka, bahwa kesuksesan mereka bukanlah kesuksesan yang sebenarnya, tetapi Allah U menyatakan bahwa itu adalah kesenangan yang sedikit (sementara), dan mereka benar-benar tidak akan sukses di akhirat karena Allah menyatakan tempat kembali mereka adalah api neraka, wal 'iyadzu billah..
            Juga dari ayat-ayat yang mulia di atas kita bisa mengetahui bahwa banyaknya anak atau keturunan bukan merupakan patokan sebuah kemuliaan, karena sekedar banyak anak tidak bermanfaat bagi orang tuanya apabila tidak beramal shalih dan berhati selamat yang mengesakan Allah U.
            Dan juga Allah U mencela orang-orang kafir yang mencari kemuliaan dengan berbangga-bangga pada banyaknya harta dan anak mereka. Allah U berfirman:

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani. Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu". (Al-Hadid: 20)

            Demikian pula Allah U membantah pendapat yang menyatakan bahwa banyaknya pengikut adalah simbol dari kemuliaan. Allah U berfirman:
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)". (Al-An'am: 116)
وَ قَلِيْلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ
"Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur". (Saba': 13)

Banyaknya pengikut bukanlah simbol dari sebuah kemuliaan. Kita mengetahui bahwa jumlah orang kafir lebih banyak dari orang muslim, akan tetapi bukan berarti kekafiran adalah simbol dari kemuliaan. Dan kita yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa Islam adalah agama yang mulia, agama yang diterima di sisi Allah U. Alah U berfirman:
إِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللهِ اْلإِسْلاَمُ
"Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam". (Ali Imran: 19)

وَ مَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ اْلإِسْلاَمِ دِيْنًا فَلَن يُّقْبَلَ مِنْهُ وَ هُوَ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ

"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi" (Ali 'Imran: 85)

Sesuatu itu baru bisa dikatakan benar apabila bersumber daripada ilmu yang benar, ilmu dari Allah U dan Rasul-Nya. Sekalipun sedikit pengikutnya, akan tetapi  jika yang diikuti itu adalah kebenaran, maka itulah kemuliaan yang sesungguhnya, sebagaimana dijelaskan pada ayat di atas: "Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur". (Saba': 13). Sedikit orang yang bersyukur kepada Allah U, sedikit orang-orang yang berpegang kepada agama yang benar, agama yang sesungguhnya, sedikit orang-orang yang mulia itu, karena mereka hanyalah pilihan Allah U : "Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah mempunyai karunia yang besar". (Al-Jumu'ah: 4)

            Mudah-mudahan Allah U menunjukkan kepada kita semua jalan-Nya yang lurus, dan semoga Allah U menggolongkan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang mulia, hamba-hamba pilihan-Nya yang senantiasa bersyukur kepada-Nya.
وَ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ
Nantikan edisi berikutnya :
"Menggapai kemuliaan Islam dengan ilmu"
Insya Allah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam