STAFF BULETIN AL-MANSHUROH - AMBON

Diterbitkan oleh: Yayasan Abu Bakr Ash-Shiddiq, BTN Kebun Cengkeh Blok.B14 No.20, Batu Merah - Ambon. Penasehat: Ust. Abdul Wahab Lumaela, Ust. Abdussalam, Ust. Abu Bakr, Ust. Saifullah, Ust. Shadiqun, Ust. Ismail. Pemimpin Usaha: Didi Dzulkifli, ST. Tim Khusus: Ir. Tris. M, Pemimpin Redaksi: Ibnu Shalih. Redaktur Pelaksana: Adam.Y. Sirkulasi: Yudi.A.H, Abu Khalid, Muadz. Sekretaris Umum: Isra Budi. Bendahara: Andi Ibrohim. Wakil Bendahara: Abu Azzam. Alamat Redaksi: Masjid Abu Bakr Ash-Shiddiq, Kampung Muhajirin (Belakang Perum DPRD). Rekomendasi Kanwil Dep. Agama Nomor: Kw.25.4/4/BA.00/635/2009


Selasa, 18 Januari 2011

41 _ INDAHNYA KEBERSAMAAN DI BAWAH NAUNGAN KECINTAAN KARENA ALLAH _ Ust Abdussalam -hafizhahullah-

Setiap insan sudah tentu mendambakan dalam hidupnya selalu ada kebersamaan dengan yang lain  sebab hal ini sesuai dengan fitrah manusia yang telah diciptakan oleh Allah diatas fitrahnya yaitu tidak bisa terpisah dari yang lainnya dan diciptakan kehidupan mereka adalah untuk saling mengenal kemudian setelah itu saling bahu membahu dan saling bekerja sama dalam melaksanakan tugas kehidupannya,
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Al-Hujurat: 13)
Syaikh Abdurrahman bin Nasir As-sa’di t telah berkata dalam tafsirnya: Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia telah menciptakan manusia anak Adam dari asal yang satu dan jenis yang satu dan semua dari laki-laki dan perempuan dan mereka semua kembali kepada Adam dan Hawa dan hanya saja Allah Ta’la menyebarkan dari keduanya banyak kaum laki dan wanita dan mereka dijadikan berbangsa dan bersuku-suku baik kecil ataupun besar, yang demikian ini dikarenakan agar mereka saling mengenal sebab sesungguhnya mereka kalau seandainya masing –masing diantara mereka hidupnya menyendiri niscaya tidak akan diperoleh sikap saling ta’aruf (mengenal) yang akan ditimbulkan dampak  dari sikap ini adalah sikap saling membantu dan tolong menolong, saling mewarisi dan dilaksanakan hak-hak sanak keluarga dan hanya saja Allah telah menjadikan mereka berbangsa dan bersuku agar diperoleh semua perkara yang tersebut, dan hal yang lainnya yang beranjak dari sikap saling mengenal dan diketahuinya nasab keturunan, hanya saja kemuliaan itu dengan Taqwa maka yang paling mulia disisi Allah dan paling taqwa adalah yang paling banyak ketaatannya kepada Allah dan berhenti dari kemaksiatan dan bukan yang paling banyak keluarganya dan kaumnya dan bukan pula yang paling mulia keturunannya…
Jadi sebagian dari makna yang terkandung dalam ayat di atas sebagaimana yang ditafsirkan adalah menjelaskan bahwa manusia itu tidak bisa hidup menyendiri, oleh sebab itulah Islam datang ditengah-tengah masyarakat adalah mengajak masyarakat untuk memperbaiki dan menjaga tatanan kehidupan yang baik yang bisa mewujudkan sikap saling membantu dan tolong menolong, saling bekerja sama sesama mereka dan akan dilaksanakan hak-hak manusia sesuai dengan batasan syariat Islam.
Dan perhatian manusia dalam mewujudkan tatanan kehidupan kemasyarakatan yang hakiki sehingga akan menghasilkan manfaat yang besar yang bisa dirasakan oleh semua lapisan masyarakat yaitu berupa ketentraman dan ketenangan hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara, maka banyak konsep yang telah dirumuskan oleh mereka demi tercapainya  kemaslahatan umat dari  para pemikir dan  konseptor dari berbagai pihak baik personel atau kelompok, baik  suku atau negara, baik dalam negeri maupun luar negeri, seperti konsep sekuralisme, kapitalisme, liberalisme dan pluralisme, akan tetapi semua konsep tersebut dalam suatu kenyataan realita yang ada selalu saja mengalami kegagalan dalam menyampaikan misi kemaslahatan umat. Hal ini terbukti masih banyaknya perpecahan, permusuhan, kemungkaran dan kemaksiatan dan kerusakan moral yang tersebar secara propaganda dan terang-terangan yang hal ini berpengaruh pada kestabilan masyarakat, dan aktifitas mereka yang baik dan positif akan terganggu, sikap saling membantu dan bekerja sama dalam suatu amal yang terkandung maslahat tidak bisa terwujudkan bahkan bila tidak dikendalikan akan mengancam stabilitas negara seperti perzinaan, judi, minuman keras, morphin, ganja dan obat narkoba, pergaulan bebas tanpa batas antar lawan jenis, teror, penganiayaan, perampokan dan tindakan kejahatan baik pribadi atau kelompok yang terorganisir sadisme, pembantaian berkala dan lain-lain. Dan dampak kerusakan seperti diatas ini hanya terjadi pada pelanggaran secara moralitas dan belum dilihat dari sisi pelanggaran yang lain secara aqidah, manhaj (pedoman yang benar dalam mencari kebenaran) dan ibadah. Dan islam datang di tengah masyarakat adalah untuk rahmat sekalian alam dan memperbaiki moral manusia  sebagaimana penjelasan Allah dan Rasul-Nya.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (Al-Anbiya’: 107)
Dan Nabiyurahmat r bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ
“Wahai manusia, hanyalah aku rahmat yang diberikan petunjuk” (HR. Ibnu Sa’ad, shahih, As-Shahihah Al-Albani: 1/803)
Al-Baidhawi  telah berkata dalam tafsirnya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. sebab apa yang aku diutus dengannya sebagai sebab untuk membahagiakan mereka dan mesti akan diperolehnya maslahat kehidupan mereka di dunia dan di akhirat.
Dan juga rahmat sekalipun untuk orang yang kafir yaitu sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh ibnu katsir t dengan menukil keterangan dari Ibnu Abbas h.
Dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas dalam mentafsirkan firman Allah diatas: ”Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir ditetapkan rahmat baginya didunia dan di akhirat, dan barang siapa yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir dimaafkan dari musibah yang pernah menimpa pada umat terdahulu dari ditenggelamkan kedalam perut bumi dan terjatuhkan” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir: 9 / 461)
Dan Rasulullah r bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ مَكَارِمَ ( وَ فِي رِوَايَةٍ صَالِحَ ) اْلأَخْلاَقِ
“Hanyalah aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak (HR. Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, shahih, Shahihah: 1/175)
Disini beliau menerangkan tentang keadaan dirinya diutus oleh Allah sebagai rahmat  adalah untuk memperbaiki prilaku manusia dalam semua aspek kehidupannya baik hubungannya dengan Allah Sang Penciptanya atau hubungannya dengan manusia yang mana hal ini sebagai modal utama untuk diperoleh suatu  ketenangan dan ketentraman dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan terjalinnya hubungan yang baik diantara mereka tercermin dalam sikap ramah dan saling membantu dan ada kepedulian sesama mereka dalam amalan kebaikan yang akan  kembali maslahatnya untuk mereka menurut kitab dan sunnah menurut pemahaman salafus shalih (para pendahulu yang shalih dikalangan para shahabat, tabi’in dan tabi’uttabi’in)
Oleh sebab itu ajaran Islam jika mau diperhatikan hikmah yang terkandung didalamnya yang menuntut amaliah untuk diterapkan dalam kehidupan baik syariat dalam bentuk perintah atau larangan, maka syariat tersebut punya tujuan dan hikmah disamping nilai ibadah  adalah mewujudkan kebersamaan dan kesatuan dan tali persaudaraan serta  persahabatan karena Allah seperti demi untuk menjaga kesatuan masyarakat muslim maka syariat memerintahkan pada semua manusia untuk tunduk kepada Rabb (Tuhan yang satu) dalam beribadah dengan mengikuti nabi yang satu Rasulullah r dan dengan menjauhi syirik (mempersekutukan hak Allah dalam beribadah) dan dengan menjauhi  bid’ah (mengada-ada dalam agama yang tidak ada tuntunannya).
Maka jika terjadi pelanggaran dalam perkara ini seperti dilakukan amal kesyirikan oleh kaum muslimin ( naudzubillah) dan juga diamalkannya bid’ah dan diikutinya berbagai macam aliran sesat dengan mengatasnamakan islam dan  dijadikan sebagai bagian dari agama maka hal ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan tatanan masyarakat muslim dengan banyaknya perselisihan dan perpecahan yang membawa kepada sikap saling membenci dan permusuhan dikalangan mereka hal ini telah diperingatkan  dalam firman Allah :
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa” (Al-An’am: 153)
Demikian pula hikmah dilaksanakan sholat berjamah sebagai kewajiban bagi kaum laki baik itu imamnya yang banyak kebaikannya atau imam yang fasik, demikian pula dilaksanakan puasa Ramadhan pada bulan Ramadhan secara serentak  maka hal ini dalam rangka untuk menjaga kesatuan muslimin. Demikian pula dengan ketentuan hukum syar’i yang lain seperti islam memerintahkan untuk berkasih sayang sesama muslim dan melarang mereka untuk saling bermusuhan, saling mendengki, saling menghajr (meninggalkan saudaranya lebih dari 3 hari hanya karena masalah pribadi dan dunia dan masalah lain yang tidak beralasan kuat menurut syariat) dan Islam juga melarang mereka meminang muslimah yang sudah dipinang orang lain dan dilarang menipu, berdusta, ghibah, mencela, mengambil harta yang bukan haknya, menfitnah, mengadu domba, dll. Maka hal ini jika kita mau perhatikan hikmah dan tujuan di balik itu semua adalah dalam rangka untuk menjaga dan memelihara tatanan hubungan masyarakat muslim dan ukhuwah persaudaraan di atas dasar cinta karena Allah dan benci karena-Nya. Oleh sebab ini pelanggaran terkait dengan hal tersebut akan terjadi kerusakan ukhuwah dan terjadi perpecahan dan perselisihan yang tidak syar’i, saling membenci, hasad, saling menjauh, dan berbagai macam sifat tercela lainnya,  bila tidak ditangani dengan segera dengan ditunjukkan  sikap saling menasehati dan menerima apa yang dinasehatkan, dan saling pengertian, dan lebih mengedepankan sifat baik sangka dan menerima udzur dan selalu memaafkan dan sikap rifq (lembut) ta’anni (pelan dan teliti) dan selalu tabayyun (koreksi berita) dan selalu ihtiram (menghargai) orang yang lebih tua baik sisi umur atau ilmu dan menyayangi yang lebih muda. Bila sikap ini ditempuh dengan baik dalam memperbaiki kesalahan saudara muslim yang memiliki aqidah dan manhaj (pedoman keislaman) yang benar maka akan terwujud kesatuan dan kebersamaan di atas kebenaran sehingga akan tetap terwujud amalan sikap saling membantu (ta’awun syar’i) baik dalam kebaikan yang manfaatnya kembali pada dirinya atau kebaikan yang manfaatnya pada diri dan orang lain seperti tarbiyah (pendidikan) dan dakwah. Dan inilah yang senantiasa dinasehatkan oleh para ulama bahwa kembali kepada kebenaran dan menjaga kesatuan Ahlul Haq lebih baik dari pada terus menerus dalam kebatilan dan perpecahan.
Dan akhir kalam,  benar apa yang disabdakan Rasulullah r :
اَلجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ والفُرْقَةُ عَذَابٌ
“Bersatu itu rahmat dan berpecah itu adzab” (HR. Ahmad dari Nu’man bin Basyir, hasan, lihat Ash-Shahihah Al-Albani: 2/286)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam